Langit kita masih gelap, langit shubuh yang masih belum bisa membangunkan kita dari mimpi yang selalu kita tunggu kapan berakhirnya. Mentari masih berada di sisi bumi yang lain, masih berkeliling memberi cahaya agar tak selamanya gelap itu indah. Udara dingin ini masih selalu ku rasa saat aku tak pernah tahu kapan akan memelukmu lagi seperti sore itu, dibawah tumpukan atap jerami dengan ditemani teh hangat juga kopi diantara tangan kita berdua.
Langitku masih gelap, hanya cahaya bulan yang mulai perlahan menghilang bisa kulihat denga jelas saat bulan meninggalkan sisa harapan yang mungkin tak akan bisa lagi aku gapai. Mengingatmu bila memandang lampu malam itu membuat ku merasa kau sedang memandang bagaimana aku selalu merindukanmu setiap malam menjelang ku tutup mata ini. Aku merasa lega bila kau ditemani lampu itu, entah aku simpan banyak rasa rindu disana agar selalu kau nyalakan saat langit mulai gelap. Kemudian kau nyalakan untuk kau buat menjadi teman selama kau tidur, agar tak ada yang menghampiri mimpimu selain aku yang berada di tempat jauh.
Langit yang aku pandang sekarang, tak ada bedanya dengan langit yang akan kau lihat beberapa waktu kemudian. Langit penuh harapan dengan banyaknya namamu yang selalu aku titipkan dalam setiap laguku, dengarkan siulan angin yang tak sengaja masuk ke jendela kamarmu disana maka aku mencoba memetikkan jemari ku dalam alunan nada gitar lagu kesukaanmu.
Aku rindu,
Selamat pagi rindu ..
Lama rasanya tak menyapamu seperti waktu dulu, tak terasa rinduku terbawa angin besar sampai kesini. Semoga kamu teringat pada seorang yang terus menyimpan rindu yang sangat besar di tempat jauh, seribu mata sayu memandang ke labit shubuh yang masih malu menunggu matahari datang dan masih mengijinkanku untuk melihat rinduku.
Sudah lama tak ada secangkir teh hangat sore diantara meja kita, namun aku tetap dengan kopi hitam dan rokok hitam yang bersandar pada sebuah asbak, kemudian asap mengepul terurai pada lampu yang tergantung indahnya dilangit-langit cafe. Masih menunggu malam dalam hujan rintik yang belum usai, masih banyak pesan yang belum ku sampaikan isyaratkan rindu yang dalam kepadamu. Jangan reda dulu hujan sampai aku katakan semua itu, jangan dulu habis kopi hitamku sampai aku habiskan rindu yang tak pernah habis ini, karena aku tak mau berkedip walau sebentar tidak mau melihatmu.
Boleh aku menuliskan namamu dalam selembar kertas menu, kemudian aku panggil pelayan kafe untuk memesanmu dalam hidupku. Boleh aku minta kertas menu pada pelayan kafe, agar aku terus bisa mendapatkanmu di setiap hariku. Agar aku tak lelah merindukanmu, memikirkanmu dan membuatmu terus dalam benakku. Aku tulis semua namamu dalam setiap menu dihidupku, rindu telah menghasutku untuk terus membuatmu dalam hatiku.
Boleh aku ajukan pertanyaan untukmu?
Bolehkan aku titip semua rindu sampai kamu merasa rindu itu habis, lalu kamu mengisinya kembali dengan rindu yang lebih besar dariku.
.......