Friday, 21 April 2017

Malam Hujanku


Malamku tetaplah hujan malamku, malamku tetaplah malam sepiku, malamku tetaplah malam ditengah terowongan rintik hujan bersiul merdu.
Hujan tak berhenti sampai dini hari, bahkan sampai tanah basah kuyup disiram oleh air dari langit. Rasa dingi yang terasa dalam hati menjalar keluar rumah dengan basahnya dedaunan dan rerumputan. Rasa ingin melihat keluar, rasa ingin sengaja terguyur hujan malam ini. Melihat semua terasa segar akan guyuran air itu membuat hati ini inginkan kesegaran yang didapat makhluj tuhan diluar. Bersamaan merasakan segarnya air hujan, merasakan hangatnya kebersamaan dengan semua yang dedaunan itu rasakan.
Kini lihatlah aku merasa cemburu pada dedaunan yang basah bersamaan ranting dan seluruh bagian dari pohon, merasa cemburu pada kebersamaan rerumputan dan tumbuhan-tumbuhan parasite lainnya. Aku yakin mereka merasa hangat saat harus diguyur oleh air sedingin itu. Tetap bersama walau melewati dinginnya udara malam, dan tetap bersama melewati malam dengan guyuran hujan yang belum berhenti sejak petang tadi.
Kini lihatlah aku yang merasa sendiri tanpa seseorang yang selalu aku inginkan, tuhan belum memberikan salah satu asa dan citaku bersama dengan takdirku. Aku slalu berbicara pada diriku sendiri, takdir diciptakan oleh tuhan dan takdir akan ditentukan oleh diriku sendiri. Saat air hujan turun aku merasa itu akan berada diatas kepalaku bila aku putuskan untuk keluar dari atap surge kamarku.
Bila ku lantunkan lagu yang slalu memuji kesederhanaannya, terasa rindu pada semua senyuman yang dulu kudapat sejenak. Senyuman yang slalu ku inginkan dalam setiap harinya, senyuman yang slalu ku impikan hadir saat pertama ku buka mata ditengan embun pagi. Walau hanya sebua khayalan, namun aku akan tentukan itu untuk menjadi sebuah takdir yang tak mungkin orang percaya pada kenyataannya.
Coba kau lihat malamku, bergelimang dengan berbagai khayalan untuk tetap berjalan bersama dalam waktu yang panjang. Coba kau lihat malamku yang tak pernah diguyur hujan, karena semua hujan yang turun bukanlah untukku namun untuk makhluk yang memiliki rasa  bahagia. Coba kau lihat malamku yang tak akan pernah ada senyummu, apa jadinya hidupku tanpa senyuman yang slalu ku inginkan.
Indahnya melewati hujan denganmu, menyusuri pekatnya malam, melangka melewati terowongan gelap dan mencari setitik cahaya yang akan dibangun menjadi sinar yang menerangi kelamnya kehidupanku. Hidupku suatu perjuangan, cintaku suatu perjuangan yang tak akan berhenti sampai tuhan berkata lain. Hidupku slalu ku berikan pada jalan tuhan, walau sering kali jalan yang tuhan berikan tak seindah yang slalu ku bayangkan. Tapi tuhan memberikanku impian dalam jalan berbeda untuk terus melangkah pada arah yang telah ia janjikan untukmu. Hanyalah padamu arah yang aku sebut dengan kehidupan, tak peduli sesulit apapun namun aku akan tetap berjalan untuk langkah dan impian terbesarku.

Continue reading Malam Hujanku

Sunday, 9 April 2017

Malamku, Tetap Malam Yang Sama


malam ini, ku rebahkan tubuhku menatap langit yang tak pernah ditemani sosok bulan. ku palingkan wajahku pada indahnya rerumputan yang hijau, namun apa daya yang dapat kulihat, hanya barisan embun yang telah lama menemani rumput yang sendiri.
saat kulihat kearah bulan, ternyata ada satu bintang yang mengisi malamnya. sepertinya aku hanya bisa menjadi langit malam yang tak akan pernah ada teman, biarlah aku hanya bisa menjadi malam yang terus kesepian. aku akan tetap jadi langit yang tak akan pernah hilang untuk kehidupan bulan dimalam hari.
aku terlalu mengingat semua hal yang terpendam dalam hidupku, entah apa yang aku inginkan dalam langit kehidupanku. aku tak akan pernah temukan bulan yang aku inginkan, walau aku punya keinginan dan usaha yang besar, namun semuanya tak akan perna usai dalam kebahagiaanku.
ku berikan dia perhatian dan tempat dalam langitku,namun apa yang akan terjadi nantinya aku tak akan pernah tau. karena malamku akan tetap bertahan sendiri tanpa adanya bulan ataupun bintang.
yang kuharap adalah suasana mendung yang biasa aku dapat, hembusan angin yang selalu membuat kesegaran dalam kesepian yang tak akan pernah usai.
langitku, malamku dan bulan impianku yang tak akan pernah ku miliki, biarlah semua menjadi terpendam dalam pekatnya malam........
malamku tetaplah malam dimana aku hanya menjadi angin yang berhembus mencari dedaunan yang selalu kesepian, tetap ku hembeuskan angin malamku sampai terpendam menjadi embun pagi yang basahi dedaunan. aku masih ingin temanimu sampai pada waktunya embun itu menetes kebumi, karena aku ada untuk selalu ada dalam singkatnya perjalanan hidupmu. walau sakit yang akan datang pada akhirnya, aku akan tetap ada menjadi satu-satunya orang yang memperhatkanmu.
aku masih cemburu pada kokohnya pohon yang berikan kau tangkai untuk terus diam nyaman disana, aku hanya menjadi bebanmu karna hanya menggoyang-goyangkan keyakinanmu akan cintanya.
aku tetap ingin memberikan semua yang terbaik baimu dai diriku. menjadi embun yang hanya menemanimu saat malam dan berakhir dipagi hari. biar matahari yang memisahkan semua mimpiku dari hidupmu, biar hanya saat malam sampai pagi yang membuatku bisa mengisi hidupmu, mengingatkanmu betapa bahagia mimpi dalam tidur kita.
mimpi kita berakhir hanya untukmu, dan tak akan pernah berakhir untukku .....

Continue reading Malamku, Tetap Malam Yang Sama

Sunday, 2 April 2017

Namamu dan Waktumu

Surat untuk kamu ...

Masih ingatkah saat itu, saat semua senyummu tumpah diatas pundakku. Aku masih merasakan hembusan angin sore itu, ditengah gemericik hujan yang tak pernah kita tahu kapan terhenti. Aku masih merasakan begitu hangat dekapanmu, sampai aku tak percaya bahwa kenyataannya tak akan seperti indah dibayangkan. Aku masih merasakan senyumanmu, nyaman melihat semua senyum itu hanya untukku yang bermata dua. Masihkah kau ingat semua itu?
Aku masih senang dengan janjii yang pernah kuberikan padamu malam itu, malam saat rintik hujan mulai terhenti dan gemuruh suara air mengalir derang dari tanah yang lebih tinggi. Erat tanganmu saat itu, masih ku rasakan dengan rasa yang amat tenang. Tenangkah semua isi hidupmu bila terus bersamaku?
Aku masih ingat angin sore itu, angin yang berhembus kencang dengan semua cerita yang tak akan pernah padam sampai pada waktunya kau dan aku padamk
an. Dan janji itu adalah terus bersama sampai api yang kita nyalakan mulai kita tiup perlahan sampai tak terlihat setitikpun cahaya dalam tembok yang sudah tercipta oleh situasi itu.
Ingatkah tentang erat tanganku menuntunmu sampai terlihat sinar bulan yang tertutup langit yang mendung? Rintik hujan itu masih mengantar tanganku memegang semua mimpi kita yang tak akan pernah jadi nyata adanya dalam hidup. 
Sadarkan aku, bila semua tak akan berakhir lebih cepat dari semua mimpi kita. Mimpi itu masih setia temani tidurku, dan aku tak akan pernah membuka mata walau kau telah membuka matamu lebi dulu. Aku masih akan terus menambah kertas putih untuk meneruskan cerita kita sendiri, walalupun tak ada kamu yang menjadi peran utama dalam cerita kita lagi.
Masihkah ingat dengan lampu malam itu, lampu setengah bersinar yang temani habiskan malam itu. Malam yang tak begitu gelap karna hanya menjadi penutup senja cerita kita. Tak pernah singkat cerita itu, karna aku menyusun setiap detail cerita itu agar tetap indah dan berakhir pada waktunya. 
Kini aku berada ditempat itu, tempat saat kita pernah berjanji untuk tetap saling peduli, tempat dimana hari itu adalah milik cerita kita, tempat dimana semua cerita kita tak akan berakhir sampai disini,
Aku masih ada, masih selalu menanti engkau kembali sampai waktu engkau akan pergi tanpa pergi meninggalkan semua cerita yang tak pernah sengaja dicipta untuk tetap bersama.
Namamu dan waktu kita bertemu (saat pertama aku jatuhkan hatiku) ....
Continue reading Namamu dan Waktumu

Monday, 27 March 2017

hilangnya, tak ada

melihatmu masih dari jauh, aku tak pernah bisa menggapaimu walau kini kau teramat dekat dari tempat ku melihatmu. aku masih jadi pembuat kesalahan saat ini, dan yang aku takutkan tetap menjadi seorang yang salah pada saat nanti. aku pernah melihatmu menjadi orang yang bahagia tanpaku, dan aku ingin melihatmu bisa bahagia denganku walau itu tanpaku.
aku hanya menjadi beban hatimu sampai sekarang, aku terlalu egois untuk selalu memintamu membuang waktu bahagiamu untukku. aku takut karena aku seorang penakut yang tidak mau merasakan kehilanganmu seperti dulu. kehilanganmu karna perbuatanku sendiri, dan kini aku tak ingin kehilangan kasih terakhir yang hadir dalam hidupku untuk waktu yang tidak pernah ku inginkan. aku slalu menyimpan rasaku setiap hari, dan itu semakin besar saat ku buka mata di esok hari. aku tidak pernah mau bertanya seberapa besar yang kau terima dan berikan, karna semua hanya perhitungan angka, biar hatimu yang tau dan hatimu yang merasa semua yang kuberikan tidak pernah ada sedikitpun kebohongan.
siang ini, angin masih sangat besar menyapa dedaunan, tak pernah berhenti menggoyang-goyangkan dedaunan itu. angin itu tidak pernah mau melepas daun dari tangkainya, angin besar namun tetap tenang.
walau seberapa besar ingin angin tetap disana, namun tak pernah angin kuat membelas air yang slalu terberai membasahi daun. siang tetaplah siang, matahari seakan membakar disertai angin yang masih kencang, tak kuat angin meniupkan air yang tetap basah dan tetap diam.
sejak pagi embun antar lembabnya dingin jadi gumpalan air diatas beberapa dedaunan, yang lain terus menetes kebawah guna menyapa sang bumi yang berbalut tanah, namun hanya satu tetes gumpalan air yang masih bertahan walau sudah diterjang angin. tekad air terus temani daun yang tak pernah bisa ditembus angin, angin hanya terdiam perhatikan air.
tak sadar angin dingin hembuskan kekuatan agar air tetap menjadi dingin dan berdiam diatas pangkuan daun. sadarkah angin mengapa terus hembuskan hebusan dingin?mengapa tak hembuskan angin hangat agar air meleleh oleh panasnya matahari dan mulai menjatuhkan dirinya pada bumi?
angin masih tetap perhatikan pelukan air yang tak akan pernah jatuh walau diterjang semua angin.

Continue reading hilangnya, tak ada