Bila ada cinta yang membuatmu merasa lebih nyaman dari apa yang kau rasakan selama ini, maka lebih baik kau memilih tempat yang sangat nyaman itu. Bila memang benar ada, maka aku tak apa selama kau tetap bisa tersenyum seperti saat kau bersamaku dijalan itu.
Tak ada yang menjamin kisah kita akan terus bergulir seperti bola diatas lapangan hijau, pasti akan ada yang menahan dan membuat arah berbeda. Karna langit malam akan tetap gelap walau adanya bulan, bintangpun tak akan terus berkedip saat bulan tertutup awan. Dengan semua alasan itu, maka ingatlah bila diam dimanapun tempatnya maka kita tetap akan melihat bulan yang sama pada akhirnya. Bedanya dimana tempat duduk yang biasanya hanya terbatas oleh sebuat tas kecil menjadi kaca yang amat tebal walau bisa jelas melihat satu sama lain ditempat yang sama.
Setiap orangpun tau tak akan ada akhirnya kisah itu, namun setiap orangpun tau bila kisah itu tak akan berjalan dijalan dan berakhir ditempat yang sama.
Kini, aku hanya menikmati secangkir kopi hitam yang membuatku terus menulis tentang kisah yang dipastikan tak akan berakhir walau dengan ceritamu yang berbeda. Aku masih mengingat cerita dalam lembaran kertas buram itu, kertas tipis yang membuatku menulis tentang asa dan rasaku pada lahirnya cerita itu. Kini kepulan asap itu jadi banyak kenangan yang mengelilingi banyaknya kenangan senyumanmu walau dalam kisah yang teramat singkat, karna asap yang senantiasa aku keluarkan akan tetap terhisap kembali kedalam tubuhku. Alasanku tak pernah bisa melupakan semuanya, karna semuanya tetap kembali pada semua bagian dari ragaku.
Tinta hitam dalam secarik kertas buram, menyisakan semua ingatan yang terus bertambah sejalan waktu saat kau tertawa dengan parasmu yang cantik. Parasmu yang terlambat aku lihat, parasmu yang dulu tak pernah aku bayangkan nyatanya.
Cerita singkat dalam kertas buram itu, telah mengawali dan menjadi akhir dari semua kata-kata yang tak pernah aku susun dengan baik untuk membuatmu yakin akan aku yang menjadi orang terbaik bagimu.
Tak pernah ada awal..
Saat itu yang aku tulis hanya, " lagi apa? masih sibukkah kamu memikirkanku? jangan pernah tanya aku sedang sibuk apa, karna aku sedang sibuk mencari cara untuk tidak sibuk memikirkan cara agar tak pernah memikirkanmu. ", tulisku dalam secarik kertas buram yang aku fotokan dalam chat WA.
"hehehe..", balasmu.
"huh saking sibuknya cuma bisa bales kaya gitu", kesalku.
"napa?mikirnya lama ya buat nulis kaya gitu?, tanyanya.
"ga!!", balasku.
"hmmm kesel ya", balas dia. "maap ya hasil mikirnya dibales senyum aja, aku ga bisa bales pake tulisan lagi, soalnya aku ga pinter balesin gombalin kamu..", balas dia.
sekilas aku hanya tersenyum dengan balasannya, namun aku hanya bisa meyakinkan dia dengan kata-kataku yang lain. "ga ko, kamu ga perlu balan dengan kalimat yang sama panjangnya, karna yang udah ketulis itu ga pernah buat aku cape mikir soalnya itu udah langsung ketulis gitu aja, udah bawaan buat aku bikin kamu seneng.", tandasku.
lalu dia baleas dengan voice chat, "makasih bisa bikin aku senyum senyum sendiri ^^".
aku hanya bisa terdiam lalu senang dengan jawabannya seperti itu. memngingat secangkir kopi yang lama mulai dingin, dan sebatang rokok yang mulai habis karna terlupakan dengan adanya kehangatan ceritanya.
0 Comments:
Post a Comment