Monday, 17 January 2022

Coretan Kertas Sobek Part 1

Jauh dari semua cerita yang sudah aku rencanakan sekarang, mungkin harus memutar waktu sampai waktu dimana aku membuat cerita yang lama aku tulis dalam buku tebal kotak-kotak saat aku sekolah SMP.

Lucu kalau harus ingat semua itu, dari mulai aku harus belajar bermain gitar hanya untuk membuat seseorang memperhatikanku. Saat itu aku mulai mendengarkan banyak lagu indie di radio, membeli banyak buku-buku kunci gitar setiap pulang sekolah. Mulai keluar rumah setelah ashar, dan nongkrong didepan lapangan bola hanya untuk belajar main gitar dan bernyanyi setiap lagu dalam buku itu.
Seorang sahabat di masa SMP yang aku tak mau mengenalnya, karena muka yang jutek dan kesan pertama yang buruk aku alami dengan dia. Aku hanya anak laki-laki polos dan tak pernah tau bagaimana suka dengan seorang gadis, mulai tau bagaimana cara agar gadis yang aku suka memperhatikanku dengan baik.
Aku ingat saat itu bukanlah zaman Smartphone seperti saat ini, hanya beberapa orang yang memilikinya dan aku bukan salah satunya. Ingin tertawa bila ingat saat itu, walau pada akhirnya dia yang lebih dulu meninggalkanku dengan semua alasan yang tidak banyak aku terima.
Tapi bukan perpisahan yang akan aku ceritakan sekarang, tapi tentang cinta pertama juga pacar pertama yang sedikit aku rebut perhatiannya dari temanku sendiri.
Berawal dari waktu masuk sekolah SMA, sekolah baru dengan segudang tanda tanya dariku. Bukan tentang sekolahnya, tapi tentang bagaimana hidup diluar asrama. Aku hanya ingat bagaimana celanaku digunting saat MOS (Masa Orientasi Siswa), dan bagaimana aku kaget saat sedang tertawa bersama kawan-kawan yang baru aku kenal tiba-tiba datang orang-orang gila mengaku kakak kelas menendang pintu kelas dengan keras dari luar. Kemudian marah-marah dengan tidak karuan, gila kan???
Continue reading Coretan Kertas Sobek Part 1

Monday, 3 January 2022

Pagi, Kopi dan Buku

 Selamat pagi malam disana ..

Mungkin aneh ucapan diatas, tapi malamku memang ada ditempat jauh, dan yang aku ingat kalau sebuah lampu yang aku simpan tidak berada didekat tempat tidurku. Lampu malam yang ku lukiskan namanya, aku simpan didekat tempat tidurnya, namun kini tak menemaninya tidur.

Tidak apa-apa, karena cerita tak seharusnya serupa dengan catatan dalam buku yang setiap malam ditulis bersama dengan nyanyian pengantar tidur. Tenang saja karena tidak ada waktu yang akan membuat semuanya sama lagi, hanya catatan yang tidak terhapus dan tetap disimpan untuk dibaca saat pagi.

Pagi ini ada kopi sisa semalam, teman yang sudah kelelahan menemani rintik hujan yang tak habis sampai matahari akan menggeser tempat bulan. Setengah gelas yang akan aku habiskan dalam satu tulisan kerinduan pada malam.

Mungkin pagi ini begitu melow, ditemani angin dingin yang berhembus dari bukit disana, mengantar banyak kata rindu yang berat untuk aku tumpahkan pada banyaknya kesedihan. 

Kemudian aku mulai berhenti menulis, dan membaca buku yang ku tulis dengan cerita tanpa akhir yang pasti. Mudah menulisnya, namun berat untuk membacanya lagi. Terlalu manis untuk dicampur dengan kopi, dan terlalu dingin untuk terus digenggam oleh rindu.

Continue reading Pagi, Kopi dan Buku