Wednesday, 7 August 2013

Suka Duka di Akhir Ramadhan

Sebulan penuh seluruh umat muslim didunia menjalani ibadah puasa, karena sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan maka tidak aneh bila akhir ramadhan menjadi hal yang sangat luar biasa bagi seluruh muslim didunia. Dengan menahan semua yang menjadi kebiasaan, seperti makan, minum, menahan hawa nafsu, menahan lisan dan menahan hal-hal lain yang bisa membatalkan ibadah puasa. Banyak yang berkata pada akhir puasa maka kemenangan sudah didepan mata, banyak pula orang yang tidak menyadari bila banyak orang merasa sedih dengan berakhirnya bulan ramadhan ini.
Sebaik-baik orang adalah yang dapat memanfaatkan waktu dengan baik, bulan ramadhan yang hanya datang pada satu tahun sekali itu penuh dengan hal yang spesial dan tak akan didapat dibulan lainnya. Bila orang yang menyadari akan istimewanya bulan ramadhan, maka akan merasa ditinggalkan oleh hal yang istimewa. 
Akhir ramadhan menjadi ajang untuk meramaikan diri dengan berbagai hal yang baru, baru, baru dan juga baru. Tidak menyampingkan sebagian golongan, namun kebiasaan atau tradisi yang sangat kuat terdapat dinegeri kita. Banyak yang menganggap akhir ramadhan sebagai satu waktu untuk memperbaharui diri, tapi bukan secara halus malahan masuk pada ranah fisik yang menonjolkan semua yang dikenakan. Tidak bisa dipungkiri bahwa setiap akhir ramadhan menjelang 1 syawal, pusat perbelanjaan, pasar bahkan dipinggiran jalan ramai orang berkeliling mencari sesuatu yang baru untuk dikenakan pada hari ied. Tanpa melihat apa yang terjadi pada jalannya bulan ramadhan, ya memang sudah diwajarkan bila kebiasaan itu tidak baisa dihilangkan dengan mudah.
Rasa suka cita menumpuk pada satu kata "hari kemenangan", tapi perlu diingat dan disadari pula arti kata itu. siapa yang menang??dan apakah hari kemenangan juga dirasakan spesial bagi yang tidak ikut berjuang untuk mencapai pada hari itu. Sebaliknya rasa suka cita akan sangat dirasakan oleh para muslim yang taat melaksanakan semua kewajiban dan memenuhi banyak catatan amal ibadahnya pada bulan ramadhan. Sangat beruntung bagi semua orang yang dapat memanfaatkan spesialnya bulan ramadhan, karena mendapatkan sebuah kebanggaan dan penghargaan yang lebih dari Allah SWT.
Rasa dukapun tetap menyelimuti orang-orang yang menyadari betapa berharganya bulan ramadhan, dan merasa sedih ditinggalkan oleh ramadhan. Selain catatan ibadah yang berbeda, kebersamaan yang selalu didapat dari bulan inipun menjadi alasan besar untuk merasa sedih. Biasanya terdapat waktu makan bersama, shalat bersama sampai pada dini hari yang ramai.
Semoga dengan adanya bulan ramadhan disetiap tahun akan menjadi jalan menuju ridho Allah SWT untuk menjadi insan yang lebih baik lagi. 


Selamat Hari Raya Idul Fitri, Minal aidzin Walfaidzin Mohon Maaf Lahir Batin
Continue reading Suka Duka di Akhir Ramadhan

Tuesday, 6 August 2013

Panitia Pelaksana Kegiatan

Oke pada postingan sebelumnya degonk udah ngejelasin secara umum tentang Panduan Penyusunan Proposal Kegiatan dari mulai latar belakang sampai pada penutup. Nah sekarang degonk mau sharing dan berbagi tentang siapa sajakah yang akan menjadi penentu dan pelaksana kegiatan, karena para prajurit ini yang akan menyukseskan semua kegiatan yang akan dilaksanakan.
Ada beberapa yang berbeda dari susunan panitia yang akan dibahas, karena biasanya setiap organisasi memiliki karakter dan ciri khasnya masing-masing. Bisa saja organisasi A sangat membutuhkan fungsi dari seksi bidang logistik, tapi organisasi B lebih memilih logistik disatukan dengan konsumsi. Ya memang banyak versinya dari panitia pelaksana kegiatan, namun akan sangat bermanfaat bila kita belajar dengan sesuatu yang baru.
Oke sekarang kita bahas dari yang paling penting dulu..

A. Steering Commite
     Nah lho siapakah steering commite ini, ko aku baru denger ya???jadi steering commite ini bisa kita ibaratkan sebagai konseptor dari kegiatan yang akan dilaksanakan. Ibaratnya seperti pengawas yang mengawasi kegiatan yang sudah ditentukan sebelumnya oleh SC sendiri, tapi jangan menganggap bila SC ini adalah seorang penguasa tanpa ampun dan harus selalu dituruti kehendaknya. SC hanya sebagai orang yang memberikan tujuan dari kegiatan yang akan dilaksanakan, setelahnya diserahkan pada Organizing Commite yang memiliki tupoksi lebih jelas tentang pelaksanaan kegiatan. SC ditentukan oleh seorang penanggung jawab yang bisa kita sebut itu seorang Ketua, dan SC berhak memilih juga menentukan siapa orang yang pantas menjadi Ketua Pelaksana (OC) kegiatan itu.
Seperti halnya panitia, SC pun memiliki Seksi bidangnya sendiri, seperti Sekretaris, bendahara, dan koorbid-nya masing-masing. Tujuannya agar bisa lebih jelas jobdesc-nya..

B. Ketua Pelaksana atau Organizing Commite
     Ketua Pelaksana atau Organizing Commite adalah orang yang bertanggungjawab atas kegiatan yang akan dilaksanakan oleh suatu organisasi. Ketuplak atau KetOC ini menjadi kapten tim dalam pelaksanaan kegiatan, tentunya harus pula memimimpin para prajurit seperti seksi bidang. Tugas pertama Ketua OC adalah dengan menyusun prajurit yang akan bertarung bersamanya, namun ketua OC pun tidak bisa bekerja sendiri untuk menentukan prajuritnya, pastilah selalu ada menteri-menteri yang mendampingi seperti sekretaris dan bendahara. Ketua OC memiliki otoritas untuk menentukan seksi bidang apa saja yang panitia perlukan untuk kesuksesan kegiatan ini, jadi bila ketua OC hanya membutuhkan #-4 bidang maka itu tidak akan menjadi masalah.

C. Sekretaris OC
     Sekretaris OC biasanya dipilih dengan alasan orang yang paling dekat dengan ketua OC, banyak organisasi yang berpendapat bahwa 2 mesin ini lah yang akan menentukan semangat sebuah mobil pelaksana kegiatan. Seperti halnya tugas seorang sekretaris, maka tidak akan ada bedanya dengan yang lain, membuat surat, menyusun ulang proposal kegiatan, dan semua yang berhubungan dengan persuratan.

D. Bendahara OC
     Kalo ada orang yang bilang Bank jalan, maka bendahara bisa jadi disebut seperti itu karena bendaha OC selalu membawa uang organisasi disaat-saat persiapan ataupun pelaksanakaan. Biasanya bendahara OC slalu erat kaitannya dengan seorang wanita yang dianggap lebih rapi dan apik dalam segi keuangan, tapi ada juga yang sengaja memasang wanita agar menjadi bendahara karena wanita itu terkenal dengan sifat pelit. hhehe

waduh udah masuk waktu ashar nih, ntar degonk lanjut lagi dengan pembahasan seksi bidang yang biasanya diperlukan untuk sebuah kegiatan. see you later.... ^_^
Continue reading Panitia Pelaksana Kegiatan

Urutan No calon Bupati dan Wakil Bupati Majalengka

Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten majalengka  akan berlangsung pada 15 September, KPUD Majalengka menetapkan nomor urut empat pasangan calon bupati dan wakil bupati Majalengka Penetapan nomor urut sendiri dilakukan lewat undian. dalam sidang pleno yang berlangsung di Aula Universitas Majalengka, Selasa (2/7/2013) sekitar pukul 14.00 WIB.

Dari rapat pleno  tersebut ditetapkan nomor urut sebagai berikut: 
Nomor urut 1. pasangan Yeyet Rohaeti-Sudirman (Yes) dari jalur perseorangan. Nomor urut 2. Pasangan incumbent, H. Sutrisno-Karna Sobahi (Suka). Nomor urut 3. pasangan H. Apang Sopandi-Nasir (Sopan). Nomor urut 4.  pasangan H. Nazar Hidayat atau lebih dikenal dengans ebutan Abah Encang-H.Tio Indra Setiadi (Hati).
Pasangan yang ketika mendaftarkan diri ke KPU paling awal dibanding pasangan lainnya adalah Yeyet-Sudirman, mereka mengaku bersyukur dengan mendapatkan hasil undian nomor urut pertama seperti ketika mendaftarkan diri. Bagi mereka dengan nomor urut satu akan memudahkan bagi pemilih untuk mencoblos nama pasangannya karena berada di urutan pertama sehingga pemilih tidak perlu mencari daftar nama lain.
“Kami berharap nomor urut 1 ini bisa membawa berkah bagi kami dan masyarakat Majalengka. Kami berharap perolehan suarapun bisa berada di nomor urut satu atau paling banyak. Saya oftimis bisa meraih suara significant,” jelas Yeyet.
Di lain pihak  pasangan calon H. Sutrisno-Karna Sobahi ternyata sejak awal berharap mendapatkan nomor urut 2. H. Sutrisno mengatakan, Sejak awal memang betharap nomor urut dua karena itu diharapkan menajdi angka keberuntungan.
Pasangan yang mendapat nomor urut 3 yaitu Nasir, mengatakan baginya nomor urut berapapun tidak menjani persoalan, karena semua nomor baginya baik. Yang terpenting adalah masyarakat bisa memilih yang terbaik yang akan membawa kesejahteraan bagi masyarakat itu sendiri. “Angka tiga tentu paling baik saat ini,” katanya.
Supriatna (Ketua KPUD Kabupaten Majalengka) berharap semua pasangan calon bupati dan wakil bupati Majalengka bisa mencermati daftar sementara yang telah dibagikan. Bila masih ada masyarakat yang belum terdaftar maka segera daftarkan jangan sampai persoalan muncul setelah pemilihan berlangsung akibat tidak terdaftar.
Supriatna menambahkan, Kita tidak menghendaki ada masyarakat yang belum terdaftar sehingga tidak memiliki hak suara. Makanya tolong bantu kami  dan berikan masukan pada kami sehingga seluruh masyarakat yang telah menjadi hak pilih bisa terdaftar dan mengikuti pemilihan.
Usai pemgundian nomor urut pasangan calon diluar ruangan para pendung meneriakan yel-yel kegembiraannya hingga hampir saling meneriaki. Terkecuali pendukung dari pasangan Yeyet-Sudirman dari jalur perseorangan.
kegembiraanpun  diluapkan oleh para pendukung Sutrisno-Karna Sobahi yang diusung diusung PDIP, demikian juga pendukung pasangan Nazar Hidayat dan H. Tio yang diusung Partai Patriot dan PKS. Sedangkan Apang Sopandi-Nasir diusung delapan partai,yakni PAN, PKB, Partai Golkar, PPP, PBB, PKPB, PKPI dan PKNU.


sumber :
http://quick-count-pilkada.blogspot.com
Continue reading Urutan No calon Bupati dan Wakil Bupati Majalengka

Panduan Menyusun Proposal Kegiatan

Di dalam organisasi, apa pun bentuknya, biasanya ada sejumlah kegiatan yang perlu dilakukan. Sebelum kegiatan berlangsung, tentunya harus ada proposal yang diajukan sebagai tawaran atau usulan mengenai kegiatan yang akan dilakukan. Keberadaan proposal kegiatan akan membantu dalam penyusunan rencana program atau kegiatan. Selain itu, proposal kegiatan berfungsi sebagai alat mengajukan permohonan dana kepada organisasi atau pihak lain yang bersedia membiayai kegiatan. Proposal kegiatan juga sering dibuat oleh event organizer atau biro jasa penyelenggaraan kegiatan. Bisnis ini awalnya bertujuan memudahkan orang atau lembaga tertentu untuk menyelenggarakan acara atau kegiatan. Setiap event organizer membuat proposal kegiatan untuk diajukan kepada pihak yang membutuhkan bantuan.
Secara umum, bentuk proposal kegiatan sama dengan proposal lainnya. Hanya, proposal jenis ini lebih bersifat sederhana. Bentuknya pun disesuaikan dengan rancangan kegiatan yang akan dilakukan. Berikut ini sistematika penyusunan proposal kegiatan.
Seperti proposal pada umumnya, di bagian ini perlu dijelaskan tentang latar belakang diadakannya kegiatan. Berisi kondisi yang menyebabkan permasalahan sehingga organisasi Anda perlu mengadakan kegiatan ini. Misalnya, kegiatan seminar tentang perlunya membangkitkan kembali semangat Pancasila, Anda perlu menjelaskan dengan paparan yang jelas bahwa kondisi bangsa yang saat ini tengah terpuruk memerlukan adanya gerakan kebangkitan untuk menumbuhkan semangat Pancasila dan seterusnya.
B.DASAR PEMIKIRAN
Bagian ini menguraikan pemikiran dari rencana kegiatan. Suatu kegiatan tentunya memiliki dasar pemikiran tersendiri, yaitu kerangka logis yang memperkuat organisasi Anda untuk mengadakan kegiatan ini. Bedanya dengan latar belakang, pada bagian ini Anda dituntut mampu menjelaskan kerangka pemikiran yang logis dan sistematis yang berkenaan dengan tema kegiatan.
C.NAMA DAN TEMA KEGIATAN
Bagian ini menjelaskan nama dan kegiatan yang akan dibuat. Misalnya, nama kegiatannya adalah Lomba Karya Tulis Ilmiah Tingkat Nasional, dengan tema “Agama dan Lingkungan”.
D.LANDASAN KEGIATAN
Bagian ini menjelaskan hal-hal yang menjadi landasan diadakannya kegiatan. Landasan kegiatan biasanya disesuaikan dengan pedoman atau aturan dari organisasi atau lembaga yang mengadakannya.
Dalam sebuah kegiatan seminar misalnya, landasan kegiatannya didasarkan pada Tri Dharma Perguruan Tinggi, dalam organisasi kampus, yaitu Garis-Garis Besar Program Kerja dan keputusan hasil rapat (organisasi kampus).
E.TUJUAN
Bagian ini menjelaskan tujuan diadakannya kegiatan. Setiap kegiatan tentunya memiliki sejumlah tujuan yang ingin diraih oleh penyelenggaranya. Tujuan-tujuan kegiatan ini memiliki makna tersendiri karena menggambarkan apa yang menjadi visi atau arah dari kegiatan yang akan dilaksanakan. Dalam pencantuman tujuan ini, biasanya dibuat dalam bentuk numbering atau penomoran.
F.BENTUK KEGIATAN
Bagian ini menjelaskan bentuk kegiatan yang dilakukan. Misalnya apakah berbentuk seminar, lomba, atau kegiatan lain. Sebagai contoh, dalam kegiatan lustrum ini kegiatan yang disajikan dalam bentuk seminar nasional kebangkitan Pancasila.
G.SASARAN
Bagian ini menjelaskan siapa saja yang menjadi target peserta dan pengunjung dari kegiatan yang akan dilakukan. Penentuan sasaran peserta biasanya ditentukan berdasarkan tema dan tujuan kegiatan. Misalnya, jika organisasi Anda akan mengadakan kegiatan seminar, yang menjadi sasarannya bisa mencakup siswa SMU, mahasiswa perguruan tinggi negeri maupun perguruan tinggi swasta, pegawai negeri, atau instansi-instansi yang berkecimpung dalam kegiatan¬kegiatan nasionalisme dan kebangsaan.
H.TARGET
Bagian ini menjelaskan siapa yang akan menjadi target peserta dan pengunjung dari kegiatan yang akan dilakukan. Sasaran peserta biasanya ditentukan berdasarkan tema dan tujuan  Misalnya, tersosialisasikannya program-program pemberdayaan masyarakat melalui penyelenggaraan seminar terbuka untuk umum. Atau bisa ditambah dengan target-target berikutnya, misalnya tercapainya pemahaman yang memadai tentang pentingnya menumbuhkan semangat bangsa dalam menjalankan nilai-nilai Pancasila, terwujudnya rasa kebersamaan di antara anggota masyarakat dan lain sebagainya. Yang jelas, penentuan target ini disesuaikan dengan tujuan dan sasaran dari penyelenggaraan kegiatan ini.
I.PELAKSANA
Bagian ini menjelaskan siapa pelaksana kegiatan, yaitu nama lembaga atau organisasi Anda. Di bagian ini sebutkan saja nama organisasi Anda, misalnya Himpunan Mahasiswa Islam Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
J.SUSUNAN PANITIA
Bagian ini menjelaskan susunan panitia penyelenggara kegiatan ini. Daftar susunan panitia bisa dimulai dari pelindung, penasehat, penanggung jawab, steering committee, ketua panitia, wakil ketua, sekretaris, bendahara, hingga pada koordinator dan anggota masing-masing bidang. Susunan panitia biasanya dibuat sebagai lampiran.
K.RENCANA PELAKSANAAN
Bagian ini menjelaskan bagaimana rencana kegiatan dilakukan. Rencana pelaksanaan bisa berupa deskripsi atas tema dan sub tema kegiatan, waktu dan tempat acara, serta informasi-informasi penting lainnya yang perlu ditampilkan. Rencana pelaksanaan biasanya dibuat sebagai lampiran.
L.RENCANA ANGGARAN
Bagian ini menjelaskan besarnya dana yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan ini. Rencana anggaran secara umum
memuat rencana pengeluaran untuk keperluan kesekretariatan, acara, humas, transportasi, pubdekdok (publikasi, dekorasi, dan dokumentasi), pemasukan, dan perlengkapan. Rencana anggaran ini juga memuat rencana pemasukan, baik dari kontribusi peserta ataupun suntikan dana dari induk organisasi. Rencana anggaran biasanya dibuat sebagai lampiran.
M. PENUTUP
Di bagian ini, dipaparkan secara singkat beberapa kalimat sebagai penutup proposal. Anda bisa menggunakan kalimat, misalnya: Demikianlah proposal kegiatan ini dibuat sebagai pedoman pelaksanaan, dan seterusnya. Jangan lupa Anda bisa juga mengucapkan kalimat meminta dukungan atas terselenggaranya kegiatan dan ucapan terima kasih.

Pustaka :
Panduan Lengkap Menyusun Proposal Oleh Happy Susanto, S.Sos, MA


Continue reading Panduan Menyusun Proposal Kegiatan

Monday, 5 August 2013

KAB dan Perubahan Sosial


Komunikasi antar budaya adalah komunikasi yang terjadi di antara orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda (bisa beda ras, etnik, atau sosioekonomi, atau gabungan dari semua perbedaan ini). Kebudayaan adalah cara hidup yang berkembang dan dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung dari generasi ke generasi (Tubbs, Moss:1996).
Komunikasi antar budaya memiliki akarnya dalam bahasa (khususnya sosiolinguistik), sosiologi, antropologi budaya, dan psikologi. Dari keempat disiplin ilmu tersebut, psikologi menjadi disiplin acuan utama komunikasi lintas budaya, khususnya psikologi lintas budaya. Pertumbuhan komunikasi antar budaya dalam dunia bisnis memiliki tempat yang utama, terutama perusahaan – perusahaan yang melakukan ekspansi pasar ke luar negaranya notabene negara – negara yang ditujunya memiliki aneka ragam budaya. Selain itu, makin banyak orang yang bepergian ke luar negeri dengan beragam kepentingan mulai dari melakukan perjalanan bisnis, liburan, mengikuti pendidikan lanjutan, baik yang sifatnya sementara maupun dengan tujuan untuk menetap selamanya.Satelit komunikasi telah membawa dunia menjadi semakin dekat, kita dapat menyaksikan beragam peristiwa yang terjadi dalam belahan dunia,baik melalui layar televisi, surat kabar, majalah, dan media on line. Melalui teknologi komunikasi dan informasi, jarak geografis bukan halangan lagi kita untuk melihat ragam peristiwa yang terjadi di belahan dunia.
McLuhan (dalam Infante et.al, 1990 : 371) menyatakan bahwa dunia saat ini telah menjadi “Global Village” yang mana kita mengetahui orang dan peristiwa yang terjadi di negara lain hampir sama seperti layaknya seorang warga negara dalam sebuah desa kecil yang menjadi tetangga negara – negara lainnya.Perubahan sosial adalah hal lain yang berpengaruh dalam komunikasi antar budaya adalah dengan makin banyaknya perayaan - perayaaan budaya sebuah etnis dalam sebuah negara. Perbedaan budaya dalam sebuah negara menciptakan keanekaragaman pengalaman, nilai, dan cara memandang dunia.
Keanekaragaman tersebut menciptakan pola – pola komunikasi yang sama di antara anggota – anggota yang memiliki latar belakang sama dan mempengaruhi komunikasi di antara anggota – anggota daerah dan etnis yang berbeda.Perusahaan – perusahaan yang memiliki cabangnya di luar negeri, tentunya merupakan syarat mutlak bagi para karyawannya untuk memiliki bekal pengetahuan yang cukup mengenai situasi dan kondisi budaya yang akan dihadapinya (intercultural competence), salah – salah jika mereka gagal berkomunikasi dengan budaya yang dihadapinya, perusahaan hanya akan bertahan dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama. Gudykunst and Kim (2003:17) mengkonsepkan fenmena komunikasi antar budaya sebagai sebuah transaksional, proses simbolik yang mencakup pertalian antar individu dari latar belakang budaya yang berbeda.” Kata kuncinya adalah proses. Dalam wacana orang Swedia istilah kulturmöte (literally cultural encounter) seringkali diartikan pada beberapa singgungan (atau pertentangan) antar budaya (seperti, dalam literatur, gaya komunikasi, gaya manajemen, adat istiadat, dan orientasi nilai). Namun demikian, beberapa pertemuan biasa dianalisis tanpa mempertimbangkan pada karakter prosesnya. Komunikasi antar budaya seharusnya, dapat dipandang dan dianalisa sebagai sebuah proses yang kompleks, bukan sekedar sebuah pertemuan. Lebih lanjut, komunikasi antar budaya, oleh beberapa ilmuwan sosial dilihat sebagai sebuah disiplin akademik – data dikatakan, satu cabang dari ilmu komunikasi, berlabuh dalam karakteristik ontologinya, epistemiologi dan asumsi – asumsi aksilogi. Pada saat yang bersamaan, komunikasi antar budaya adalah sebuah lingkup studi yang berhubungan dengan berbagai disi[lin ilmu lainnya (seperti psikologi, psikologi sosial, sosiologi, pendidikan, studi media, antropologi budaya dan manajemen). Bagi ilmu – ilmu tersebut, komunikasi antar budaya dipandang sebagai sebuah objek studi atau sebuah permasalahan dalam bidang disiplin ilmu – ilmu tersebut[1]. Damen[2] (1987: 23) mendefinisikan komunikasi komunikasi antar budaya sebagai “tindakan – tindakan komunikasi yang dilakukan oleh individu – individu yang diidentifikasikan dengan kelompok – kelompok yang menampilkan variasi antar kelompok dalam bentuk pertukaran sosial dan budaya. Pertukaran bentuk, ekspresi individu, adalah variabel – variabel utama dalam tujuan, tatakrama, cara, dan arti – arti yang mana proses komunikatif memberikan efek. Komunikasi antar budaya, Lustig and Koester’s menyatakan (2003: 49-51), adalah sebuah “proses simbolik yang mana orang dari dari budaya – budaya yang berbeda mneciptakan pertukaran arti – arti”. Hal tersebut terjadi “ketika perbedaan – perbedaan budaya yang besar dan penting menciptakan interpretasi dan harapan – harapan yang tidak sama mengenai bagaimana berkomunikasi secara baik”. Jandt (2004: 4) mengatakan komunikasi antar budaya tidak hanya komunkasi antar individu tapi juga di antara “kelompok – kelompok dengan identifikasi budaya yang tersebar’. Ringkasnya, komunikasi antar budaya menjelaskan interaksi antar individu dan kelompok – kelompok yang memiliki persepsi yang berbeda dalam perilaku komunikasi dan perbedaan dalam interpretasi. Beberapa studi mengenai komunikasi antar budaya menguji apa yang terjadi dalam kontak dan interaksi antar budaya ketika proses komunikasi mencakup orang – orang yang secara budaya tersebar (Samovar & Porter 1997). Sebuah permasalahan yang sama dalam komunikasi antar budaya muncul “ketika orang – orang yang menjelaskan dirinya sebagai kelompok yang berbangsa dan beretnis sama tidak mau melakukan pertukaran ide – ide mengenai bagaimana menunjukkan identitas mereka dan tidak menyetujui tentang norma – norma untuk interaksi” (Collier 1997: 43). Untuk mencapai komunikasi antar budaya yang efektif, individu seharusnya mengembangkan kompetensi antar budaya; merujuk pada keterampilan yang dibutuhkan untuk mencapai komunikasi antar budaya yang efektif Jandt (1998, 2004) mengidentifikasikan empat keterampilan sebagai bagian dari kompetensi antar budaya, yaitu personality strength, communication skills, psychological adjustment and cultural awareness. Tidak dapat diragukan bahwa kompetensi antar budaya adalah sebuah hal yang sangat penting saat ini. Pendatang sementara secara kolektif disebut sebagai sojourners atau biasa kita kenal dengan istilah ekspatriat, yaitu sekelompok orang asing (stranger) yang tinggal dalam sebuah negara yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda dengan negara tempat mereka berasal.Oberg (1960) menggunakan istilah sojourners untuk mengindikasikan kesulitan – kesulitan yang muncul dari pembukaan lingkungan yang tidak dikenal. Kesulitan yang dialami oleh sojourners tidak sama. Beberapa variabel utama mencakup jarak antara budaya tempat mereka berasal dengan budaya tempat pribumi, jenis keterlibatan, lamanya kontak, dan status pendatang dalam sebuah negara (cf. Bochner, 1982)Berdasarkan hasil beberapa penelitian mengatakan bahwa tinggal di negara orang lain tidak secara otomatis menggiring pada sikap positif terhadap negara tersebut. Bukti dalam penelitian seringkali muncul yang negatifnya dibandingkan dengan yang positifnya selama tinggal di negara orang lain, setidaknya di kalangan pelajar (Stroeb, Lenkert, & Jonas, 1988)
Tujuan Komunikasi Antar Budaya adalah :
• Memahami perbedaan budaya yang mempengaruhi praktik komunikasi
• Mengkomunikasi antar orang yang berbeda budaya
• Mengidentifikasikan kesulitan – kesulitan yang muncul dalam komunikasi
• Membantu mengatasi masalah komunikasiyang disebabkan oleh perbedaan budaya
• Meningkatan ketrampilan verbal dan non verbal dalam komunikasi
• Menjadikan kita mampu berkomunikasi secara efektif
Ada beberapa alasan mengapa perlunya komunikasi antar budaya, antara lain: a) membuka diri memperluas pergaulan; b) meningkatkan kesadaran diri; c) etika/etis; d) mendorong perdamaian dan meredam konflik; e) demografis; f) ekonomi; g) menghadapi teknologi komunikasi; dan h) menghadapi era globalisasi. (Alo Liliweri, 2003). Komunikasi antar budaya menurut Samovar dan Porter merupakan komunikasi antara orang-orang yang berbeda kebudayaannya, misalnya suku bangsa, etnik, dan ras, atau kelas sosial. Komunikasi antar budaya ini dapat dilakukan dengan negosiasi, pertukaran simbol, sebagai pembimbing perilaku budaya, untuk menujukkan fungsi sebuah kelompok. Dengan pemahaman mengenai komunikasi antar budaya dan bagaimana komunikasi dapat dilakukan, maka kita dapat melihat bagaimana komunikasi dapat mewujudkan perdamaian dan meredam konflik di tengah-tengah masyarakat. Dengan komunikasi yang intens kita dapat memahami akar permasalahan sebuah konflik, membatasi dan mengurangi kesalahpahaman, komunikasi dapat mengurangi eskalasi konflik sosial. Menurut Charles E Snare bahwa usaha meredam konflik dan mendorong terciptanya perdamaian tergantung bagaimana cara kita mendefinisikan situasi orang lain agar kita dapat mencapai perdamaian dan kerjasama. Dalam berbagai kasus politik E Snare mengatakan “Kita perlu mengerti bagaimana letak bingkai rujukan para aktor politik dan darimana pikiran mereka berasal”.
Jadi jelas dengan mempelajari komunikasi antar budaya berarti kita mempelajari (termasuk membanding) kebiasaan-kebiasaan setiap etnis, adat, agama, geografis dan kelas sosial di masyarakat kita. Dengan pemahaman tersebut kita mengkomunikasikan perbedaan-perbedaan tersebut dengan komunikasi antar budaya, guna menyelesaikan konflik melalui dialog yang baik antara lain dengan identifikasi perspektif budaya.
Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan. Hirschman mengatakan bahwa kebosanan manusia sebenarnya merupakan penyebab dari perubahan.
Perubahan sosial budaya terjadi karena beberapa faktor. Di antaranya komunikasi; cara dan pola pikir masyarakat; faktor internal lain seperti perubahan jumlah penduduk, penemuan baru, terjadinya konflik atau revolusi; dan faktor eksternal seperti bencana alam dan perubahan iklim, peperangan, dan pengaruh kebudayaan masyarakat lain.

Ada pula beberapa faktor yang menghambat terjadinya perubahan, misalnya kurang intensifnya hubungan komunikasi dengan masyarakat lain; perkembangan IPTEK yang lambat; sifat masyarakat yang sangat tradisional; ada kepentingan-kepentingan yang tertanam dengan kuat dalam masyarakat; prasangka negatif terhadap hal-hal yang baru; rasa takut jika terjadi kegoyahan pada masyarakat bila terjadi perubahan; hambatan ideologis; dan pengaruh adat atau kebiasaan.
Continue reading KAB dan Perubahan Sosial

Dua Tahun penuh pesta rakyat

Dua tahun yang akan sangat dipersiapkan oleh sebagian orang, dua tahun yang akan bertumpah keringat oleh sebagian orang, dua tahun yang akan penuh strategi oleh sebagian orang, dua tahun pula saat orang akan belajar memberikan janji kemudian berfikir untuk mencari alasan saat janjinya tak bisa dipenuhi.
Banyak orang kecil tak menyadari akan ada apa di dua tahun tersebut, namun orang kecil hanya akan melihat banyaknya gambar yang tercampur nomor disekelililng fotonya. Sebagian orang pasti telah tahu bahkan mempersiapkan segalanya untuk dua tahun ini, namun apakah persiapannya akan sangat matang dan memberikan hasil yang memuaskan??
Kita bahas satu persatu ada apakah dua tahun ini.
Pertama, tahun 2013. Salah satunya telah digelar pesta rakyat di Jawa barat, siapa yang tidak tahu dengan Pilkada Jabar yang memenangkan pasangan Ahmad Heryawan dan Deddy Mizwar. Kemenangan besar ditandai dengan pelaksanaan satu putaran, sekaligus menyisihkan beberapa nama besar yang ikut serta mengadu strategi. Walaupun berakhir dengan kemenangan Sang penguasa jabar periode lalu, namun beberapa pihak mengklaim bahwa pilkada jabar itu bisa dilakukan dua putaran.
sebagian orang memang tidak terlalu memperhatikan dimana lagi pertarungan para calon penguasa di tiap daerah, namun kita kerucutkan pada salah satu Kabupaten yang berada di Jawa Barat. Kota angin, penghasil kecap dan produsen bola sepak yang berlisensi FIFA, Kabupaten Majalengka. Tidak banyak tahu bahwa akan digelar pertarungan para tokoh daerah ini, namun sebagian besar masyarakat lokal sudah sangat tahu dengan banyaknya spanduk dan baligho bergambar sepasang foto calon bupati dan wakil bupati yang akan berkuasa untuk 5 tahun kedepan.
Pesta rakyat yang akan digelar pada akhir tahun 2013 tepatnya 15 September 2013 ini menghasilkan empat pasang calon penguasa kota angin. Yaitu, Yeyet Rohaeti-Sudirman (Yes) dari jalur perseorangan. Pasangan incumbent, H. Sutrisno-Karna Sobahi (Suka). H. Apang Sopandi-Nasir (Sopan). pasangan H. Nazar Hidayat atau lebih dikenal dengans ebutan Abah Encang-H.Tio Indra Setiadi (Hati).
Empat pasang calon penguasa ini akan bertarung pada waktu yang sudah ditentukan, kita bisa melihat seberapa besar kekuatannya. Tidak dipungkiri bahwa keempat calon ini akan sangat berpengaruh pada perubahan Majalengka 5 tahun kedepan, alasannya adalah track record yang telah dimiliki oleh masing-masing pasangan.
kita akan membahas satu-satu karakter calon penguasa Majalengka ini pada postingan berikutnya.
Kedua, tahun 2014. Terdapat pertarungan yang lebih besar kekuatannya, karena pada tahun itu kita bisa melihat banyak gambar calon legislatif. Pertarungan besar para calon wakil rakyat ini pasti akan sangat ketat karena terdapat banyak sekali dorongan dan warna yang menjadi pendukung bagi para calon. Sangat kita tahu bahwa saking banyaknya partai politik di indonesia membuat banyak rakyat bebas memilih siapa saja, dan alasan terkuat bagi rakyat adalah mengambil nilai keuntungan bagi para calon yang memberikan nilai tunai yang besar. Sudah menjadi hal yang lumrah bila rakyat menghadapi moment ini sebagai cara mencari rizki yang tidak kecil. ya itulah pesta rakyat di negeri kita.
jangan tercengang hanya karena Pileg 2014, tapi silahkan mengira-ngira pada pilpres yang sama digelar pada tahun itu. akan banyak sekali nama besar yang keluar mengadu strategi memenangkan sayembara pencarian penguasa negeri ini. Mulai dari Abu Rizal Bakri, Megawati, Wiranto, Prabowo sampai pada penguasa media di republik ini. Jangan langsung memilih tapi coba lihat sosok-sosok pemimpin pada beberapa nama yang akan dilansir pada tahun tersebut. akan banyak warna yang bercampur pada perhelatan akbar itu, kita tinggal menonton saja dari podium untuk melihat siapa yang akan mengangkat tangannya menjadi penguasa nusantara.
Continue reading Dua Tahun penuh pesta rakyat

Sunday, 4 August 2013

Sakit hati dan Loyalitas ala politisi

Kekuasaan selalu menjadi hal yang sangat berharga bagi manusia yang ingin berpolitik, kebanyakan orang menganggap eksistensi dari sebuah keaktifan adalah menjadi penguasa. Tidak cukup dengan satu periode, tapi periode berikutnyapun harus tetap menjadi seorang pemimpin yang disebut penguasa. Ini terjadi pada beberapa daerah yang pemimpinnya ingin terus menjadi pemimpin, dengan alasan melanjutkan program kerja daerah tersebut sampai tuntas.
Diluar kepentingan masyarakat dan kesejahteraannya, para pemimpin ini justru kebeanyakan mementingkan kepentingannya sendiri dengan terus menjadi orang nomor satu didunianya. Walaupun ruang lingkupnya yang kecil, namun kepemimpinan disebuah daerah akan sangat menentukan pada kepentingan yang lebih besar artinya bagi orang-orang yang berada diranah lebih atas.
Komunikasi politik memang haruslah berlaku disini, komunikasi yang dapat membuat orang memiliki kekuasaan dengan dukungan yang meluap dari dukungan yang biasa. Komunikasi ini hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang tak kenal lelah membujuk pihak lain, bagaimanapun caranya terdapat suatu hal yang sangat luar biasa dari hasil komuniaksi politik ini. Sakit hati dan loyalitas dapat dipertaruhkan dalam sebuah rangkaian hisup sebagai politisi, mengapa harus ada dua sisi dalam hidup berpolitik?? Karena memang semua hal yang berhubungan dengan politik adalah nyata bentuknya dengan arti bertahan hidup atau mempertahankan hidup. Bertahan hidup artinya mempertahankan sebuah partai politik untuk tetap hidup dan tetap bersaing dengan partai-partai politk lainnya, sedangkan mempertahankan hidup adalah bertahan agar individu tidak menjadi orang yang terlihat mati karena tidak bisa bertahan hidup.
Politik memang amatlah dekat dengan sebuah persaingan, apalagi di zaman sekarang politik dijadikan sebagai alat adu ilmu strategi untuk mendapatkan sebuah kekuasaan dalam hal apapun. Orang yang menang akan lebih berkuasa dibandingkan dengan orang yang mengalami kekalahan, namun ironisnya seorang yang kalah dalam politik akan senantiasa menjadi orang yang ditakuti oleh yang menang. Bukan berarti akan menjatuhkan sebuah badan politik, tapi akan terus menjadi pesaing dengan jalan mengawali ancaman dari sebuah badan baru.
Hal ini banyak sekali terjadi dikalangan politisi atas, seperti contohnya disaat SBY menjadi pesaing Megawati pada pemilu 2004. Saat itu banyak sekali yang menganggap bahwa SBY telah dibuat sakit hati oleh Megawati sehingga efeknya membentuk masyarakat berfikir bahwa SBY adalah orang yang harus didukung, karena kekecewaan masyarakat terhadap kinerja pemerintahan Megawati saat itu. SBY menjadi trend baru dari sosok pemimpin indonesia dengan pola dia berbicara, sampai pada hasilnya pemerintahan SBY sangat intens dengan kasus-kasus korupsi yang ditemukannya. Alhasil, banyak masyarakat menganggap bahwa pemerintahan SBY lebih baik dari pemerintahan sebelumnya.
Dapat disimpulkan bahwa orang yang dapat menghancurkan sebuah kekuasaan adalah orang yang sakit hati, bahkan kalau dilihat dari efek sakit hati SBY hasilnya sangat menakjubkan sampai pada jabatan Presiden RI dalam dua periode ini. Seseorang yang menang memang menjadi unggulan, tapi dengan keunggulan itu bisa membuat celah orang yang kalah sangat mudah menbaca pergerakan sang pemenang.
Pada saat inipun bisa kita lihat dari sisi partai politik besar lainnya seperti GOLKAR. Dua orang yang amat berpengaruh di GOLKAR yaitu Abu Rizal Bakrie dan Surya Paloh, menjadi pesaing terkuat dalam bursa pemilihan calon ketua GOLKAR. Kedua menjadi orang yang sangat diunggulkan, bagaimana tidak dengan kapasistas kekayaan yang diatas rata-rata dan memiliki media sendiri akan sangat mudah untuk menaikan namanya masing-masing untuk bursa pencalonan tersebut.
Banyak yang mengira kalau keduanya akan berimbang, namun kenyataannya setiap persaingan selalu ada pemenang dan pecundang. Semua orang tahu bahwa Ichal (sebutan Abu Rizal) menjadi pemenang dalam persaingan tersebut, menyisikan kekuatan sebesar Surya Paloh. Tak ada yang mengira setelah persaingan tersebut akan terjadi dua kubu yang berbeda, disaat Surya Paloh lebih memilih untuk mundur dari Partai Politik yang telah membesarkan namanya dan memili untuk terjun diluar tanpa embel-embel kuning kebanggaan. Sosok sakit hati yang tak mau cepat dianggap mati, maka mempertahankan harga diri menjadi harga mati untuk tetap bertahan hidup didunia politik.
Mungkin kita pernah mendengar nama Nasional Demorat yang orang bilang sebagai OrMas, namun apa yang terjadi sekarang sangat berbeda karena Ormas yang sering orang sebut itu adalah kaderisasi dari sebuah Partai Politik baru yang akan senantiasa menjadi ancaman semua partai politik termasuk GOLKAR. Pergerakan yang dilakukan oleh Surya Paloh ini dianggap wajar, karena rasa kekecewaannya terhadap GOLKAR harus ia balas dengan menjadi pesaing kuat untuk GOLKAR diperiode selanjutnya. Nama Partai Nasional Demokrat memang belum terlihat gerak gerik dalam menatap pemilu 2014 mendatang, namun perlu diwaspadai kalau pendukungnya sangat banyak termasuk orang-orang yang iktu sakit hati dengan tersisihnya Surya Paloh dalam perebutan kursi pertama Partai GOLKAR tersebut.
Kita akan membuktikan sendiri pada pemilu mendatang siapa yang akan menjadi pemenang dari persaingan jilid 2 antara orang pertama GOLKAR dan orang yang tersisihkan dari GOLKAR. Mungkinkan prediksi yang sakit hati akan menjadi pemenang dan tersenyum nanti, ataukah orang yang menang tetap menjadi pemenang?? Hanya 2014 nanti yang akan jadi saksi pembuktian dua sosok kuat ini.
Walaupun tidak menutup kemungkinan penguasa sekarang akan memberikan kesempatan kader demokrat Anas Urbaningrum menjadi suksesor selanjutnya, namun melihat kekuatan Demokrat saat ini mungkin tidak akan memberi jaminan menjadi ancaman kuat bagi Ichal dan Surya Paloh. Kita lihat saja ketiga orang hebat ini beradu strategi dalam perebutan kursi pertama di Republik Indonesia.
Continue reading Sakit hati dan Loyalitas ala politisi

Agama Tanpa Sosiologi Agama

Debat pluralisme

Keluarnya fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tahun 2005 yang menolak faham pluralisme agaknya menjadi sinyal bahwa ada wacana seputar agama di negeri ini yang problematis. MUI dalam fatwanya melihat bahwa pluralisme adalah faham yang mengajarkan kesamaan semua agama sehingga itu berarti juga menyiratkan faham relativisme. Malah, pluralisme mendaku bahwa tidak boleh ada klaim mutlak mengenai ajaran (di sini MUI secara tidak langsung, menurut saya, melihat adanya aspek ideologis dalam pluralisme), yang bagi MUI akan berakibat pada persoalan teologis ”bahwa semua pemeluk agama akan hidup berdampingan di surga”.
Tampaknya ada posisi yang bertakik-takik yang tersirat dalam cara bicara MUI di atas, yaitu bahwa wacana pluralisme bukanlah wacana yang sudah jelas dalam kata itu sendiri dan wacana pluralisme adalah wacana yang sarat dengan beban ideologis dan juga teologis. Posisi yang berhati-hati atas pluralisme tampak dalam tulisan Franz Magnis-Suseno (2006). Beliau tampaknya menerima pluralisme sebagai penjelasan keadaan sosial, tetapi menolak kalau pluralisme dijadikan sebagai sikap teologis (dengan memberi alternatif, yaitu inklusivisme teologi) walau beliau tetap menyarankan perlunya sikap pluralis sebab sikap inilah yang memungkinkan seseorang menjadi toleran.
Tertinggalnya sosiologi agama di negeri ini dalam memberi perspektif yang nonideologis ataupun nonteologis terhadap pluralisme juga kelihatan dalam kesemrawutan pemakaian istilah pluralisme itu sendiri. Seolah, tanpa memilah-milah, fakta kemajemukan agama, multikulturalisme, demokrasi, dialog, dan keterbukaan teologis adalah isi keranjang dan makna pluralisme itu sehingga kelompok lembaga swadaya masyarakat (LSM) prodemokrasi, Gerakan Perempuan, Inter-faith groups, pejuang masyarakat adat, dan intelektual (agama) liberal mengambil posisi berhadap-hadapan (malah frontal) dengan semua institusi yang dianggap konservatif dan eksklusif (yang secara karikatural dilekatkan pada MUI).
Pertama, pluralisme adalah ungkapan deskriptif, mengenai de facto kemajemukan agama (religious diversity). Penjelasan ini tentu tampak gamblang walau ada sejumlah turunan maknanya. Dengan kemajemukan tentu juga berarti ada derajat otonomi dalam tradisi agama masing-masing, di mana ia mampu mengelola rumah tangganya sendiri. Jadi, ada kemandirian institusional dari agama tersebut.
Yang tak kalah menarik dari ihwal kemajemukan ini ialah bahwa dalam perkembangan mutakhirnya, posisi otonomi agama tadi mendorong transformasi internalnya, yang antara lain mengakibatkan adanya kemajemukan internal dalam satu agama (sekte-sekte). Para ahli sosiologi agama melihat adanya sejumlah pola transformasi internal agama tersebut: antara lain dalam sebentuk sinkretisme (di mana ada percampuran yang melahirkan wajah baru agama itu), bisa juga pematrian aspek baru yang menyepuh agama lokal (bricolage, sesuatu yang umum dalam ekspresi agama di Afrika), atau proses belajar, meminjam dan berkembang walau tetap mempertahankan orisinalitas agamanya (bentuk hybrid). Pendek kata, pluralisme internal agama menunjukkan adanya diferensiasi di dalam agama tersebut yang menuntut semacam keleluasaan dari agama itu dalam menentukan batas-batas dirinya.
Kedua, pluralisme juga berarti pengakuan publik akan eksistensi agama-agama tertentu, yang nanti dilanjutkan pada pengakuan negara. Pengakuan publik secara sosiologis berarti ada semacam penerimaan publik bahwa eksistensi agama tertentu itu ada tanpa menjadi ancaman bagi dirinya. Demikian juga makna pengakuan negara, yaitu bahwa agama tersebut tidak akan mengguncang kekuasaannya sehingga memang dalam setiap konteks (masyarakat atau bangsa) selalu ada kepelbagaian pola dan batas-batas penerimaan atas agama-agama yang masuk. Di sini (kalau memakai terminologi agama di Indonesia) kita membicarakan pluralisme sebagai sikap toleran (di mata publik) dan sebagai kerukunan (di mata pemerintah).
Dalam konteks pemaknaan pluralisme sebagai toleransi dan kerukunan tadi, terbentang semacam tarik-ulur yang tak terhindari. Kalau ”kita” menerima lima atau enam agama resmi, itu berarti mereka kita akui sebagai kompetitor yang sah dalam menjalankan dan menyebarkan misi agamanya. Namun, segera juga persoalan ini mendatangkan persoalan baru, adakah batas kebebasan beroperasinya agama yang sudah ”kami” akui eksistensinya itu? Bukankah kebebasan itu tidak boleh sampai mengguncang konsensus yang semula ada bahwa setiap agama hendaknya juga beroperasi demi menjaga integritas masyarakat (dan negara) tersebut.
Dalam perkembangan tertentu, masing-masing masyarakat malah menerbitkan seperangkat hukum untuk menjaga integritasnya atas kemungkinan tergerusnya agama tertentu akibat beroperasinya agama lain. Pluralisme agama dalam konteks itu memang menolak free-fight liberalism, juga menolak pasar bebas agama-agama sebab selalu ada batas-batas penerimaan sosial dari masyarakat terhadap karya dan sepak terjang agama-agama.
Pluralisme di sini berarti seperti yang diserukan dalam semboyan bhineka tunggal ika (’meskipun beragam, tunggal juga’) itu, yang dipertegas dengan sambungan kata-kata tan hana dharma mangrwa (’tiada pluralisme dalam agama’, di sini saya memakai terjemahan Rachmat Subagya dalam bukunya Agama Asli Indonesia, 1981). Dengan kata lain, sekalipun saat itu di Jawa terjadi pluralisme (”agama primal” Jawa, Hindu, dan Buddha hidup berdampingan), ada batas-batasnya: ketiga agama itu bisa ditolerir selama mereka rukun dan konsensus dalam masyarakat saat itu tidak dilanggar (kala itu konsensusnya masih bercorak kosmis, yaitu bahwa dharma itu bagaimana pun satu jua).


Pluralisme sebagai nilai: Peter Berger
Ketiga, dan di sini kita gontai—dan sayangnya sosiologi agama di Indonesia belum datang menolon—ialah bahwa pluralisme adalah sebentuk komitmen normatif. Pluralisme menjadi sebentuk misi pada dirinya, ia adalah kebenaran itu sendiri, mirip dengan tuntutan multikulturalisme. Di sini kita bisa katakan ia menjadi kelanjutan dari semangat Pencerahan sebab ia menuntut sebentuk sikap ideal (atau bahkan sikap etis) tentang kemajemukan yang nanti hendak diterapkan dalam konteks sosial. Jadi, pluralisme menjadi imperatif yang dianggap bernalar dan niscaya kalau kepelbagaian sosial hendak dikelola dengan baik sebab hanya dalam pluralisme terjamin kebebasan individual di mana religious freedom (juga freedom to change one’s religion) menjadi turunannya.
Mengutip Diana Eck, Zuhairi Misrawi mengatakan bahwa pluralisme adalah upaya menemukan komitmen di antara partikularitas-partikularitas (2005), dan komitmen itu nantinya menjadi moral untuk membangun kehidupan bersama yang lebih baik. Dengan demikian, sebenarnya agama-agama harus melepas warisan memori religiusnya tentang kesatuan masyarakat dan agama, ia harus berhenti menjelaskan baik-buruk kehidupan ini semata-mata dalam kerangka agamanya. Dengan kata lain, bahasa agama tidak sama dan tidak bisa persis diterapkan ke dalam masyarakat! Soalnya, masyarakat berisikan kepelbagaian arus informasi dan, karena masyarakat adalah interaksi dari sekian banyak pikiran dan keyakinan, maka yang harus ditemukan oleh agama ialah sebuah komitmen di luar ataupun melampaui gramatika dirinya; sebuah moral pasca-agama, moral pascapartikularitas, yaitu moral pluralisme iu sendiri.
Persoalannya tentulah apakah social fabric di negeri kita mampu menanggung jenis pluralisme demikian? Bisakah agama-agama yang hidup di Indonesia meneken akad untuk sebentuk moral sosial pluralisme sedemikian, di mana ia hanyalah salah satu peyangganya? Sebab misalnya, dalam pengalaman pluralisme di Belanda, partikularitas agama Protestan (yang harus bersanding dengan partikularitas agama Katolik) toh dari sudut sosiologis tidak lantas bisa rela begitu saja melepaskan kukunya dari masyarakat. Ada mediasi antara partikularitasnya dan pluralisme masyarakat sekular: melalui pilarisasi (verzuilen). Saat itu, di pertengahan abad ke-19, semua orang Protestan membaca koran yang sama, bersekolah di tempat yang sama, ke rumah sakit yang sama, bekerja di firma yang sama, dan berpolitik di partai yang sama. Seolah semua aspek kehidupan sosial masih 100 persen Protestan. Dengan kata lain, teologi saat itu seolah-olah adalah sosiologi. Di sini ada semacam langkah-antara (intermediary associations) sebelum memasuki masyarakat yang sama sekali lepas dari ikatan konfesi satu agama tertentu.
Sekali lagi, untuk konteks Indonesia, kita hanya tahu kesiapan agama untuk pluralisme demikian kalau sosiologi agama terlebih dulu memberitahu hasil risetnya tentang daya lentur dan integritas masyarakat kita. Kita amat perlu juga mendengar apakah ada semacam asosiasi yang memperantarai agama-agama di negeri ini sekiranya konflik normatif terjadi dalam konteks pluralisme demikian.
Di sini nama Peter Berger muncul mengemuka, bukan karena kesohorannya, melainkan karena penerjemahan buku-bukunya, khususnya seputar isu agama, yang oleh penerbit LP3ES (Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi Sosial) seolah sebentuk upaya uji coba pluralisme tersebut di tengah masyarakat kita. LP3ES sebagai lembaga berkumpulnya para intelektual kritis promodernitas dan pembangunan (Daniel Dhakidae, 2003) tampaknya sadar bahwa agama akan mengalami masalah dalam konteks modern itu. LP3ES pun memperkenalkan ihwal tadi dengan menerjemahkan karya Berger pada tahun 1990 mengenai metode sosiologinya (bersama Thomas Luckmann, Tafsir Sosial atas Kenyataan), lalu pada tahun 1991 mengenai krisis agama (Langit Suci: Agama sebagai Realitas Sosial), dan tahun 1992 mengenai pencarian teologis di tengah krisis tadi (Kabar Angin dari Langit). Bahkan, bisa dikatakan perkembangan terakhir sosiologi agama di Indonesia ada di situ, yang bagaimanapun sayang terhenti di awal tahun 1990-an.
Menurut Peter Berger, pluralisme adalah isyarat bahwa agama tengah mengalami krisis sebab pada momen itulah awal agama tidak lagi memonopoli penjelasan dan legitimasi suatu masyarakat. Masyarakat modern sudah sedemikian terfragmentasi, terjadi segregasi lintas institusi di dalamnya, sehingga jalan satu-satunya agama untuk berkembang ialah dengan memasarkan dirinya di tengah kegaduhan pasar agama-agama dan ideologi. Itu pun tidak mudah sebab ia terjadi dalam kesadaran modern proses disenchantment (luruhnya tuah agama)—Langit Suci telah retak—dan agama selanjutnya secara internal dipaksa berjuang menegakkan keberterimaan nalar (plausibility) imannya di hadapan rasio modern.
Ketika datang ke Indonesia (1995), Berger mengatakan bahwa di tengah pluralisme sedemikian—yang rupanya adalah turunan proses sekularisasi—dalam diri agama terjadilah cognitive dissonance, suatu krisis akibat munculnya ide dan suasana baru yang kontradiktif dengan norma dan etik yang ia warisi. Dan menurut Berger, agama bervariasi dalam menghadapi ihwal tadi, bisa melakukan perlawanan mati-matian (dalam fundamentalisme agama), bisa terasing bertapa atau berilusi tentang rahasia-rahasia ilahi, atau melakukan tawar-menawar dengan mencoba mendukung pluralisme dari dalam agama itu (semisal teologi pluralisme).Di sini kepentingan gagasan Berger terkait dengan situasi kita. Jadi, secara sosiologis bagaimanalah masyarakat kita menghadapi pluralisme itu? Adakah sebentuk data bahwa memang proses tawar-menawar telah berlangsung di negeri kita sehingga kita optimistis bahwa pluralisme malah akan menyehatkan tubuh agama-agama dan masyarakatnya. Atau, sebaliknya, agama-agama di Indonesia telah menghunus pedang perlawanannya terhadap pluralisme dan tidak mau menerima situasi krisis akibat goyahnya tuah agama tadi sehingga fundamentalismelah yang terlebih menjadi pilihan agama-agama atas situasi pluralisme tadi, yang tentu memberi kontribusi pada gejala kekerasan seputar agama (baik intern agama maupun lintas agama) yang terjadi akhir-akhir ini di Indonesia.
Di sini tampaknya tidak ada yang bisa menjawab dengan tuntas. Namun, ada kesimpulan yang bisa kita tarik bahwa agama memang bertumbuh sendirian dan tanpa sokongan atau pun input dari sosiologi agama di negeri ini—demikian juga para elitenya—dan sosiologi agama tampak terhenti di hadapan kegaduhan sosial pasca-Reformasi di Indonesia.


Continue reading Agama Tanpa Sosiologi Agama

Keajaiban Tinta ditangan Manusia

Panas terik matahari yang menghembuskan debu-debu jalanan, udara yang gersang menghembus dan melewati lorong-lorong bawah kendaraan roda empat dijalanan yang berdebu. Keringat mengucur dari kening yang berlumuran debu padat karena berkreatifitas untuk pekerjaannya, hal yang amat mengesankan bagi setiap orang yang masih banting tulang untuk memenuhi kehidupan keluarganya dirumah.
Sering dianggap enteng, namun pekerjaan ini penuh dengan tantangan yang sangat berliku. Melebarkan alas yang terbuat dari papan triplek, mengasah pisau kecilnya, meniapkan lem perekat untuk hasil dari kreativitasnya dan menulis diatas nota yang menjadi tanda pembayaan bagi orang yang membutuhkan servicenya.
Kalau saja disetiap sudut jalan terdapat para kreatifitas ini, maka semua orang yang melintas dijalanan pasti akan terpukau dengan kemampuannya membuat stempel-stempel. Banyak orang mengira membuat stempel itu hanya memakai alat tehnologi yang sedang marak-maraknya sekarang, namun sebuah keajaiban dengan tangan-tangan ajaib yang bisa mengubah dunia. Para pengrajin stempel yang sering kita lihat dipingiran jalan ini memiliki keajaiban yang tidak pernah kita bayangkan sebagai manusia. Bekerja keras untuk menafkahi keluarga menadi motifasi tersendiri bagi para pengrajin ini.
Para pengrajin ini sudah sering tidak dikenal dikalangan orang, namun perannya dalam kehidupan berbinis, berorganisasi dan bermasyarakat sangatlah dominan. Apalagi orang yang sering sekali mensyahkan segala sesuatu dengan tanda tangan ditambah cap stempel, tanpa adanya stempel mungkin secara administratife, surat tidak akan sepenuhnya disetujui.
Sering sekali kita lihat diberbagai tempat, kita melihat ukiran kayu yang ditempelkan ke selembar kertas dan menghasilkan gambar ataupun logo. Itulah stempel yang dihasilkan oleh tangan-tangan manusia yang kreatif, meskipun sepele tapi cara pembuatannya yang sulit menjadi nilai plus bagi mereka para pengrajin stempel.
Meskipun panas, gerah, bosan, namun para pengrajin ini tetap menunggu setiap orang yang membutuhkan tenaga kreatifitas mereka dalam membuat stempel-stempel. Walau materi yang mereka dapat tidaklah banyak ataupun sepadan dengan banyaknya tenaga yang mereka keluarkan, namun kepuasan melayani dan membantu orang-orang yang butuh akan kreatifitasnya sudah membuat mereka merasa bangga karya-karyanya slalu dipakai oleh orang-orang yang memakai service mereka.
Jangan pernah menyepelekan pekerjaan ini, karena sulitnya proses pembuatan stempel yang biasa dan yang bagus sama-sama berat tingkat kesulitannya. Salah langkah sedikit saja sudah buat hasil keseluruhan jelek dan membutuhkan waktu lagi.
Tingkat kesulitan yang rentan pada kesalahan, panas terik menahan udara matahari, mengusap keringat yang mengucur dikening, hanya dengan harga Rp. 17.000 pengrajin ini dapat upah dari kucuran keringatnya.
Berankat dari rumah pagi hari, menyambut siapapun orang yang melewati tempatnya mencari nafkah. Meskipun panas, jarang ada yang membutuhkan pelayanannnya namun para pengrajin ini tetap menunggu setiap orang yang akan datang. Dengan wajah penuh doa, pengrajin stempel ini terus menunggu.
Dengan seritan pisau diatas cetakan logo yang akan dijadikan stempel, dengan membalurkan telunjuknya kesebuah lem, dan menunggu cetakannya selesai. Betapa teliti pengrajin ini menyelesaikan pekerjaannya membuat sebuah stempel, tak kenal lelah saat dia terletih untuk menyelesaikan pekerjaannya.
Perjuangan hidup yang mengesankan bagi pekerjaan ini, karena keajaiban tangan manusia yang sangat magis bias mengubah segalanya.
Continue reading Keajaiban Tinta ditangan Manusia

apa itu perkembangan teknologi komunikasi???

1.     
1. Bagaimana penemuan tulisan mengubah peradapan manusia prasejarah menjadi manusia bersejarah?
Manusia dahulu bisa disebut tidak punya pengetahuan karena mereka tidak memiliki tuntunan atau panduan sebagai sumber ilmu, meskipun akhirnya alam yang member pelajaran pada manusia dulu namun tetap tidak menjadi tuntunan yang kongkrit nyata. Setelah adanya bentuk tulisan, maka manusia dapat memiliki tuntunan dari apa yang telah tertulis. Apalagi banyaknya orang yang mengejar gelar atau sapaan dari buku yang mereka susun, kita lihat saja kalau para penulis itu semakin tertarik menulis karena mereka yakin mampu merubah peradaban dunia.
Dalam banyak buku dikemukakan bagaimana dunia berkembang, konflik, kemunduran ataupun sejarah-sejarah yang sangat panjang dan rumit kalau harus diceritakan. Dari sinilah manusia dapat banyak mengetahui bahwa semua hal didunia dapat disaksikan hanya dengan sebuah tulisan. Manusia mulai belajar dengan menulis kemudian membaca tulisan tersebut, dengan tulisan manusia hidup memiliki tuntunan.

2.      2. Bagaimana penemuan mesin cetak mempercepat perkembangan peradaban?
Banyak orang bertanya bagaimana sebuah karya tulisan dapat menjadi bentuk baku sebuah benda, karena pada zaman Rosulullah menyampaikan ayat-ayat al-qur’an secara berangsur tidaklah memakai tulisan. Namun dengan berkembangnya pengetahuan maka sekarang kita dapat memiliki Al-Qur’an dengan berbagai ukuran.
Dengan mesin cetak, setiap orang bisa menulis dan mencetak buku, dan pada akhirnya buku yang dicetak akan dibaca oleh orang banyak. Dan melalui buku juga setiap orang bisa menambah tingkat pengetahuannya atau intelektualnya. Baik itu buku agama, pendidikan, kesehatan, dan buku lainnya. Dan dengan membaca buku dapat mengubah sikap dan pandangan seseorang. Setiap orang juga bisa mendapatkan informasi lebih cepat dari Koran, majalah dan tabloid. Dengan begitu, setiap orang bisa mendapatkan pengetahuan yang lebih, sehingga bisa mempercepat atau mengubah peradaban dunia. Perlu diingat buku, Koran, tabloid, majalah adalah sesuatu yang dibuat dengan mesin cetak.

3.      3. Bagaimana radio dan televisi siaran mengubah pola hidup masyarakat?
Dalam buku Psikologi Media Entertainment, dijelaskan bahwa pola hidup manusia dapat dirubah karena setiap kebutuhan manusia selalu dapat ditemukan dari media. Contoh televise yang dapat memenuhi kebutuhan ibu rumah tangga yang membutuhkan resep masakan, banyak sekali program tayangan demo masak di televisi. Begitupun dengan radio, radio memberikan banyak sekali efek meskipun tidak seperti televisi, contoh dengan mendengarkan studi bahasa inggris di RRI Bandung.

4.      4. Apa saja fasilitas/fungsi komunikasi telepon genggam (HP) generasi 1, 2, 3, 4 dan apa saja dampak masing masing fungsi tersebut dalam bidang sosial, politik, dan ekonomi?
a.      telepon genggam generasi I
Generasi I ditemukan oleh Martin Cooper pada tahun 1973 dan diperkenal pada bulan april tahun 1973. Generasi I ini memiliki jangkauan terbatas karena masih menggunakan fungsi MHz, bentuknyaun sangat besar dibandingkan dengan phonsel pada zaman sekarang yang relative berukuran kecil. Pada zaman ini telepon genggam dikenal dengan 1-G, kekurangannya adalah jangkauan saat panggilan hanya pada wilayah regional dan kekuatan bateraipun sangat kurang.
b.      telepon genggam generasi II
Pada generasi kedua ini dimulai tahun 1990-an yang disebut dengan 2-G, pada tahun ini telah ditemukan fungsi ponsel yang disebut CDMA di Amerika Serikat sedangkan di Eropa telah menggunakan GSM yang peggunanya sangat banyak dibandingkan dengan CDMA. Pada geneasi II, ukuran telepon genggam yang kecil dan ringan sangat memudahkan pengguna, jangkauannyapun sangat luas dibandingkan dengan generasi I yang memakai analog. Telepon pada generasi kedua ini telah menggunakan Chip Digital disinilah dimulai memakai dinyal yang berkapasitas lebih luas.
c.       telepon genggam generasi III
Generasi ini disebut juga 3G yang memungkinkan operator jaringan untuk memberi pengguna mereka jangkauan yang lebih luas, termasuk internet sebaik video call berteknologi tinggi. Dalam 3G terdapat 3 standar untuk dunia telekomunikasi yaitu Enhance Datarates for GSM Evolution (EDGE), Wideband-CDMA, dan CDMA 2000. Kelemahan dari generasi 3G ini adalah biaya yang relatif lebih tinggi, dan kurangnya cakupan jaringan karena masih barunya teknologi ini. Tapi yang menarik pada generasi ini adalah mulai dimasukkannya sistem operasi pada handphone sehingga membuat fitur handphone semakin lengkap bahkan mendekati fungsi PC. Sistem operasi yang digunakan antara lain Symbian, Android dan Windows Mobile.
d.      telepon genggam generasi IV
Generasi ini disebut juga Fourth Generation (4G). 4G merupakan sistem telepon seluler yang menawarkan pendekatan baru dan solusi infrstruktur yang mengintegrasikan teknologi wireless yang telah ada termasuk wireless broadband (WiBro), 802.16e, CDMA, wireless LAN, Bluetooth, dlll. sistem 4G berdasarkan heterogenitas jaringan IP yang memungkinkan pengguna untuk menggunakan beragam sistem kapan saja dan dimana saja. 4G juga memberikan penggunanya kecepatan tinggi, volume tinggi, kualitas baik, jangkauan global, dan fleksibilitas utnuk menjelajahi berbagai teknologi berbeda. Terakhir,4G memberikan pelayanan pengiriman data cepat untuk mengakomodasi berbagai aplikasi multimedia seperti, video conferencing, game on-line , dll.


5.  5. Apa saja fungsi komunikasi yang tersedia melalui internet dan bagaimana memanfaatkannya untuk pengembangan kepribadiaan serta pemanfaatan ekonomis dan politis?
Fungsinya dapat berbentuk sebagai alat penyebaran informasi, mendidik, hiburan, mempengaruhi. Dalam dunia internet banyak sekali fasilitas yang disediakan seperti, website, jejaring social ataupun penyampai pesan bernama email. Dalam internet banyak sekali yang menjadikannya sebagai menyampaian bakat, contohnya saja seperti remaja berbakat asal Mexico, Justin Beibers, ia terkenal karena ada dalam Youtube.com.
Dalam dunia internet sendiri, banyak yang bisa berwirausaha secara online. Dengan media internet orang-orang lebih praktis mempromosikan produk-produk yang mau mereka jual atau tawarkan tanpa harus bertemu langsung. Tata caranyapun lebih simple karena hanya dengan bertransaksi melalui internet, seperti transaksi bank-bank pada modern ini sehingga dapat dikenal sebagai M-Banking.

Dalam dunia politikpun tidak jauh beda, karena banyak sekali politisi-politisi yang melemparkan banyak propaganda untuk mempengaruhi masyarakat menjadi himpunan suara kekuasaan.
Continue reading apa itu perkembangan teknologi komunikasi???