Maraknya bisnis
dan persaingan media televisi dalam berbagai macam program disetiap harinya,
membuat banyak sekali tayangan-tayangan
menarik yang berefek pada para konsumen televisibetah berlama-lama duduk
didepan televisi. Seperti yang sering kita lihat, banyak sekali sinetron yang
ditayangkan pada malam hari yang menyuguhkan cerita cinta, keluarga, konflik
dan persahabatan. Banyaknya sinetron memang wajar adanya disetiap disaat media tidak hanya menayangkan berita,
politik atau keberjalanan pemerintah yang berlangsung. Karena fungsi media
sediri adalah sebagai hiburan (to entertainment), namun apakah wajar
bila setiap tayangan sinetron harus 2-3 jam persinetron dalam sehari? Apa
manfaatnya bagi penonton?
Tahukan bahwa
setiap sinetron yang sering kita lihat membuat kita bekerja keras? Secara
psikologis, sinetron memberikan pengaruh agar penonton memutar otaknya untuk
menebak apa yang terjadi pada cerita dalam sinetron itu. Masih untung bila
penonton mendapatkan Input yang
baik, tapi kalo sebaliknya akan sangat merugikan sekali.
Pernahkah kita
menyangka kalau sinetron dapat melestarikan budaya? sering kita lihat setiap
hari dalam televisi, kisah percintaan disandingkan dengan kebudayaan dan
pariwisata. Bukan sinetron yang kita kenal, tapai lebih dikenal dengan nama FTV
(Film Televisi). Kebudayaan dan pariwisata banyak diperlihatkan dalam berbagai
ceritanya, seperti Cinta di Bromo dan berbagai judul lainnya yang melibatkan
tempat-tempat pariwisata.
Dalam sebuah
situs diungkap, Pemerintah D.I. Yogyakarta sangat mendukungdengan adanya
tayangan FTV ditelevisi karena sekaligus mempromosikan budaya dan tempat
pariwisata kepada penonton. Ini adalah salah satu langkah sebuah media dalam
melestarikan semua budaya dan keindahan
alam indonesia, dengan begini warga indonesia akan sedikit demi sedikit
mengetahui semua yang ada di Indonesia.
Walaupun
terlihat sepele, namun media televisi sangat memberikan perubahan dalam sebuah
hiburan yang diterima penonton pesan dari tayangannya. Kalau saja
sinetron-sinetron mencontoh cara FTV sebagai media budaya dan pariwisata.
0 Comments:
Post a Comment