Thursday, 27 December 2018

,

Selamat Pagi Bandung


Selamat Pagi Bandung ..
Terkadang aku rindu bangun jam 8 pagi, tak peduli dengan bau badan setelah tidur semalam. Aku rindu saat membuka mata dan mencoba untuk menutupnya lagi, karna yang aku ingan hanya hangatnya kopi limaratusan diwarung sebelah untuk mengantar hariku.
Bandung 2009, pagi yang hampir sama dengan sebelumnya. Hanya berbeda dengan suara notifikasi hape nokia jadul yang tak banyak berdering tak sesering beberapa bulan yang lalu, karna ada yang sudah pergi atau entah aku yang takut bila tak pergi.
Aku rindu Bandung saat itu, bandung penuh dengan catatan yang tak ku mengerti. Penuh dengan tawa teman-teman baruku, berkumpul depan kelas sampai ngopi panas dibawah pohon rindang kampus siang itu. Berdiskusi dengan berbagai macam bahan pembicaraan, bercanda bak seorang penjajah yang menginjak seorang diantara semua yang berkumpul. Ah.. sepertinya sangat merindu mengingat saat itu.
Aku rindu bandung saat itu, udaranya masih sangat dingin dipagi hari, sampai aku tak mau melipat selimut yang memelukku semalaman. Bagaimana tidak, aku sedikit bodoh saat aku memeluk diriku sendiri setiap malam karna merasa bingung tak ada orang yang harus kupeluk meski hanya sekejap saat aku pergi untuk sejenak. Bukan sebuah penyesalan saat itu, namun keputusan yang membuatku lebih memilih bejalan seorang diri. Alasan kana kakiku masih kuat untuk berjalan sendiri tanpa kuda mesin seperti saat ini, berjalan tersenyum menjemput canda dan tawa diatas kursi meja warna putih nanti.
Hamparan kemacetan jalan, sejauh mata memandang memisahkan Bandung Majalengka yang tak tau apa yang ingin diharapkan. Berusaha kembali menuntun banyaknya cerita disetiap jalan, menyusun kembali cita yan belum sampai tercapai sampai saat itu. Bandung pagi 2009, tak menemukan keinginan yang aku harap saat pagi membuka mata.
Bandung, aku rindu bangun jam 8 pagi dan tertawa ditengah rumah menonton serial spongebob sembari menikmati kopi limaratusan dan rokok kretek hasil patungan. Aku rindu kepulan asal berisi candaan dan obrolan soal organisasi, merasa paling polos dalam diri dan menjadi pemerhati seolah menjadi orang yang sangat peduli.
Aku rasa aku rindu hanya menulis bersama lembaran kertas polos nan bergaris, menunjukan begitu alami apa yan aku tulis dengan tulisan tangan seorang laki-laki yang banyak memiliki impian disetiap pagi hari.

Continue reading Selamat Pagi Bandung

Sunday, 9 December 2018

, ,

Catatan Pagi Untuk Mimpi

Rintik hujan diatas bukit malam ini, bolehkah aku berdialog dengan tumpukan kayu bara yang masih tersisa bekas api unggun petang tadi. Ingin ku ceritakan seberapa tinggi rasaku mencapai ati seorang wanita yang kembali setelah lama menghilang.
Ia berjalan diantara embun pagi yang tertimbun diatas dedaunan pagi nanti, tak ingin aku pejamkan mata agar aku bisa terus menyambut datangnya kabut pengantar embun. Gerimis manja temaniku didalam tenda kecil penuh harap esok ia menerima rasaku, merasakan rindu yang terus membesar selama ia menghilang. Aku masih menunggu sampai ia mengenaliku lagi, walau ku tutup diri ini dengan seberkas masa lalu yang tak pernah terhapus dalam ingatan tentangnya.
Mimpiku sempurna tak seperti semua khayalanku tentangnya, terbangunku dalam lamunan senyum yang lama sudah tertimbun dalam imajinasi yang menghanyutkanku. Kamu tak perlu mengenal siapa ku, karena aku akan selalu membuatmu mengenal siapa pemuja rahasia yang kau tinggalkan beberapa waktu yang lalu.
Kamu masih terus berlari dalam setiap ingatanku, aku hanya ingin kau mulai berhenti lalu menyandarkan lelahnya diri pada pangkuan ingatanku tentangmu. Bisakah kau mulai tinggal dalam tatapanku setiap pagiku,  agar aku tak perlu mencari cantik wajahmu dalam memori lamunanku.
Wahai mimpiku, mengapa kau terlalu indah untuk aku genggam dalam setiap kedipan mataku. Sudikah kau menggenggam semua mimpiku tentangmu, kemudian membungkusnya dengan cerita pagi saat aku buka mata dan meninggalkan semua mimpi yang akan menjadi hidupku. Menunggu pagi datang untuk bicara tentang semua cerita kita esok, cerita dimana kau dan aku tak hanya berada dalam mimpi tapi memulai semua dalam dialog pagi.
Mari ceritakan pagi dengan berdialog denganku tentangmu yang akan selalu jadi pagi siang senja juga malamku, aku mimpikanmu selalu menjadi catatan dipagi hari dan malamku. Aku memimpikanmu melebihi semua mimpi indahku.
Mari berlari keatas bukit yang tak akan banyak orang coba daki, supaya aku tetap bisa menunjukanmu tentang lampu malam diatas bukit ini. Agar tak usah kita melihat keatas untuk tatap bintang, hanya menunjuk kebawah melihat cahaya bak bintang malam dibawah bukit malam ini.
Mari berhenti berlari dan bersandar pada dialog kita malam ini, berceria tentang langit malam yang tak akan menggantikan cahaya rindu kita.


Continue reading Catatan Pagi Untuk Mimpi

Tuesday, 4 December 2018

Segelas Coklat Panas

Segelas coklat panas ditambah kepulan asap rokok kretek menari bersama jemari yang tak kunjung mendapat ide, harusnya aku bernyanyi namun apa kata satu benang terputus dari tempatnya.
Malam ini tanah basah diselimuti embun yang tak pernah datang sejak dulu, angin dingin berhembus hanya sesekali untuk memberitajuku bahwa malam telah datang. 
Aku memilih coklat panas malam ini, memilih yang lebih manis dari kopi yang biasa ku teguk setiap malam. Jemariku sedang tidak bersahabat untuk bercerita, walau hanya sedikit berceritapun tak kunjung tertulis. Entah ada apa dengan saraf otak yang menghubungkan pada semua jemari ini, mungkin aku sedang dalam perjalanan ke ujung dunia dalam khayalanku. 
Ku kepulkan asap rokok yang sedari tadi aku hisap, kuhempuskan warna putih yang teramat berat bercampur dengan dinginnya malam ini. Aku sedang dalam mode senyap, dan hampir tak mau berbicara dengan siapapun. Aku sedang dalam mode pesawat yang ku sembunyikan semua pikiranku agar tak ada satu kata dari orang lain masuk kedalam file dalam memoriku.
Sepertinya aku kehabisan ide, semua ideku terasa bersembunyi dibawah alam sadar yang ketakutan utnuk mengungkapkan berbagai cerita. 
Aku sandarkan diri ke arah kursi tak berkaki, aku tatap lampu malam diluar mimpi. Aku belum bisa berfikir tentang semua kejadian yang orang tahu, mungkin jariku tak sebebas dulu untuk menarik membuat cerita dan sajak yang begitu luas maknanya. 
Sempat aku bertanya pada cermin, untuk menyisipkan setiap cerita yang aku dengan untuk ku jadikan ide. Dan cermin hanya tersenyum melihatku kebingungan, namun ia menatapku dengan tajam selagi aku ketakutan dengan apa yang ingin aku hasilkan dalam ideku.
Disini tak sama seperti disana, aku orang yang bebas dan tak terikan apapun disini. Semua bisa aku tulis tanpa harus takut pada apa yang aku jalani, karena aku menjadi orang bebas dengan semua alasanku untuk menjadi sebebas-bebasnya seorang manusia yang tak kunjung mendapat ide.
Coklat panas dan kepulan asap ini tak kunjung memberikanku ide yang aku mau, kemudian aku tutup mata dan aku akan ceritakan sedikit ceritaku walapun hanya sedikit.
Aku sedang menunggu hujan agar bersenandung untukku, lalu memberikanku setetes ide untuk ku bagi malam ini.

Continue reading Segelas Coklat Panas

Saturday, 1 December 2018

,

Sedikit Bercerita, hanya sedikit.

Ingin bercerita, walau hanya sedikit bercerita.
Kini sering kali disetiap pagi aku dengar jeritan anak kecil yang tak membiarkanku keluar rumah, walau hanya ingin mengeluarkan kendaraan roda dua itu.
Begitu tak mau aku tinggalkan walau hanya sejenak, padahal dulu sering sekali aku tinggalkan untuk waktu yang lama untuk pergi bekerja. Bahkan 5 hari sampai 6 hari dalam seminggu sering sekali aku tak bertemu dengannya, karena sebelum matahari terbit ia belum membuka mata dari tidur dan setelah langit menjadi gelap ia sudah tertidur lelap.
Dulu aku sempat khawatir ia tak mengenaliku seutuhnya, karena setiap hari hanya ditemani oleh sosok ibu yang terbaik dalam hidupnya. Kini aku mulai tersadar begitu merugi waktu yang dulu aku habiskan untuk menempuh perjalanan yang jauh, sedangkan ada seorang anak yang hampir tak mengenali siapa ayahnya.
Setiap waktu libur, aku sempatkan untuk menyelesaikan pekerjaan yang tak kunjung selesai sesuai ekspektasi. Mengesampingkan keluarga hanya untuk alasan bekerja untuk masa depan keluarga, dan membuat berbagai alasan untuk menyelesaikan kewajiban yang melibatkan pekerjaan orang lain yang tak pernah diselesaikan.
Begitu banyak angin yang sudah ku tembus saat itu, perjalanan pagi 26km yang melibatkan waktu hampir sejam lebih dan melewati beberapa titik kemacetan di Kota Kembang. Aku lewati berharap tidak hanya pada hasil bekerja yang baik setelah menghabiskan waktu, namun juga berharap pada perhatian semua orang bahwa aku tak pernah pantang terhadap rasa lelah juga rasa sakit. 
Siapa yang pernah bilang aku tak punya rasa lelah?aku tak pernah sakit?aku tak pernah berniat bolos bekerja?
Aku pernah merasa aku tak terlalu hebat dalam setiap hal yang berhubungan dengan pekerjaan, aku hanya punya modal untuk merasa percaya bahwa aku akan menjadi orang yang bisa memegang kepercayaan orang lain kepadaku. Ingin aku seperti orang lain, tak masuk kerja karena merasa tak enak badan. Namun bukan aku bila mengalah pada perasaan yang mengalahkan kekuatan pikiranku untuk tetap loyal bekerja, karena aku bukan siapa-siapa diantara semua orang disana. 
Semoga banyak orang yang tak setuju dengan ceritaku ini.
Continue reading Sedikit Bercerita, hanya sedikit.