Mencoba tuk terus berjalan dalam gelapnya malam, melangkah didalam ketidaktahuan yang tak pernah ku coba untuk mencarinya. Gelap, hitam legam dalam penatnya udara dimalam yang panjang, malam yang tak pernah ku jejakkan langkahku dalam buminya.
Kulihat senyuman seorang bidadari yang tak sengaja kukenal saat itu, bidadari yang telah lama ku pandangi dari jauh. Ada yang mengatakan bahwa semua yang mengenal bidadari itu selalu menyatakan kesakitan hatinya, tapi aku tak percaya dengan semua perkataan orang lain karena aku tak pernah ada saat bidadari itu menyakiti semua orang.
Siang menyambut panasnya udara itu, bidadari yang tak sengaja kukenal mulai mencuri dan menyimpan jebakan yang tak pernah ku sadari adanya. Saat ku sadari semua yang telah disimpannya, aku terjatuh dan aku mulai tertatih dalam penatnya kesalahan yang selalu kulakukan. Tanpa berfikir panjang, aku mencoba memahami arti dari langkahnya, ku coba mengetahui arti dari caranya berucap, dan aku telah benar-benar sadar semua arti dari kehidupannya.
Kehidupannya hanya ingin mencoba untuk menjadi seorang yang tegar, tata ucapnya hanya ingin membuat semua orang terkagum-kagum pada dirinya, sosok yang selalu dia bentuk agar semua orang merasa bahwa dialah yang paling bisa membuat semua orang tertarik pada semua yang ada pada dirinya. Entah apa yang kubaca dari semua yang kukenal dalam hidupnya, yang telah ku tahu adalah dia sesosok makhluk yang memiliki kesempurnaan yang ada dalam semua diri wanita.
Saat ku tak percaya, bagai hembusan angin dingin yang menusuk semua bagian dari fikiranku. Aku bertanya pada diriku sendiri bahwa semua yang ada dalam kehidupanku adalah semua yang telah tercipta dalam kehidupannya. Bodohnya diriku membuat semua orang tersenyum dalam pemikiran yang dia bentuk sesempuna mungkin, tapi ada yang terlewat saat dia membentuk semuanya.
Jati dirku yang tak pernah dia kenal, kalau saja ada sedikit yang ku tampakkan dari semua yang ada dalam jiwaku, pastinya aku akan tenggelam dalam kekaguman yang tak mungkin ku hilangkan. Semuanya berlalu tanpa terasa dalam benakku, bagai awan yang hanya lewat dan menyapa rindangnya pepohonan yang meneduhkan semua orang dalam panasnya siang. Kalau saja malam itu kembali, mungkin aku tak akan pernah hampir jatuh pada hal yang sama sekali tak ku tahu semua maksudnya.
Malampun mulai kembali lagi, langit tetap tak memberikan celah untuk semua bintang menampakkan cahayanya. Bulan hanya tertunduk malu melihat semua cahanya ditutupi oleh gelapnya malam yang buruk saat itu, tapi aku akan bukakan semua kegelapan menjadi bintang yang cahayanya berkilau bagi semua orang yang telah mengungkapkan kesakitannya pada bidadari itu.
0 Comments:
Post a Comment