komunikasi yang dapat membuat orang memiliki kekuasaan dengan dukungan yang meluap dari dukungan yang biasa. Komunikasi ini hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang tak kenal lelah membujuk pihak lain, bagaimanapun caranya terdapat suatu hal yang sangat luar biasa dari hasil komunikasi politik ini.
Kita fokuskan pada salah satu daerah yang mengalami realita komunikasi politik tersebut. Kepala daerah saat ini, H. Sutrisno, SE, M.Si yang telah menjabat dari tahun 2009 lalu, mulai mencari dukungan-dukungan dari berbagai partai politik pesaingnya. Bupati yang saat ini menjadi aktivis dari salah satu Partai Politik besar di Indonesia, yaitu PDIP. Merambah sampai pada partai-partai politik lainnya, seperti GOLKAR, PPP, PKS dan partai-partai politik kecil.
Pergerakan yang dibuat oleh bupati saat ini sangat tercium sekali oleh pihak lain, sampai pada mencuatnya isu bahwa pasangan bupati dan wakil bupati tidak akan menjadi tandem terbaik lagi untuk periode mendatang. Mungkin PDIP telah memiliki strategi yang lebih jitu untuk tidak mengikutsertakan wakil bupati saat ini yaitu, H. Karna Sobahi, M.Pd pada pemilihan kepala daerah selanjutnya. Memang realita yang ada sekarang, setiap pejabat Dinas yang menjadi kawan dari Bupati akan sangat mudah untuk mendapatkan posisi yang lebih menguntungkan. Sedangkan yang tidak sefaham dengan Bupati akan dengan mudah digeser dari jabatannya, seperti pada hasil resufle beberapa waktu lalu.
Ini menjadi strategi politik yang dapat mengamankan posisi kursi M-1 (Majalengka 1) atau disebut Bupati, dari sinilah dukungan seperti pemilihan tahun sebelumnya dapat digapai kembali untuk menjadi orang nomor 1 Di Kabupaten Majalengka. Tapi apakah dengan jadinya pemimpin yang telah menghasilkan sesuatu yang tidak real, tetap menjadi panutan warga Majalengka untuk memilih pemimpin periode mendatang??
Mungkin hanya sebagian orang yang berpendapat bahwa keadaan pemerintahan pada masa bupati sekarang baik-baik saja, namun melihat dari fenomena yang terjadi adalah cenderungnya semua kalangan politis lebih mendekat pada pihak bupati. Sekarang kemana peranan Wakil Bupati yang sangat independent itu?? Kita sebaiknya tahu bahwa wakil bupati saat ini mulai digoyahkan oleh beberapa pihak yang mencium gerakan kecil untuk menjadi orang pertama di majalengka.
Sangat ironis sekali dengan isu-isu seperti itu, seperti saat isu SBY akan mencari pengganti tandem untuk pemilu tahun 2009. Saat itu Wakil Presiden Jusuf Kalla sudah mulai mencari tandem sama seperti SBY, bukan karena rasa kecewa tapi karena ingin menjadi orang nomor 1 di Republik Indonesia. Maka digandenglah orang nomor 1 GERINDRA, yang tak lain adalah Prabowo. Walau hanya partai politik baru dan menjadi perintis, namun pergerakan GERINDRA sendiri sangat di intens untuk menggalang suara. Akhirnya menuai kekalahanpun tetap menjadi langkah yang hebat bagi GOLKAR yang mengusung nama Jusuf Kalla dan Prabowo saat itu.
Sedikit menyamakan antara pemerintahan SBY dengan Sutrisno, keduanya sedang mencari tandem baru walau pada beda masa.perbedaan keduanya pun sangat kontras beda warna, SBY dengan biru Demokratnya dan Sutrisno dengan merah PDIP nya. Memang berlawanan arah, namun hanya sekedar membandingkan saja dari strategi yang hampir sama tersebut.
Mari kita lebih fokus pada strategi kedua orang yang berpengaruh di majalengka ini, pastinya kedua orang ini memilih partai politik yang dapat suara lebih banyak untuk pemilu tahun berikutnya. H. Sutrisno pastinya tidak mau melihat partai-partai kecil, arahannya pasti pada GOLKAR dan PPP. Suara yang sangat memenuhi nilai sebuah kemenangan terdapat pada GOLKAR yang periode kemarin berhasil menjadi peringkat kedua terbanyak dalam pemilihan legislatif, namun pihak GOLKAR sendiri tidak mau bila hanya menjadi orang kedua di majalengka. Sama halnya dengan PPP yang tetap ingin mengusung diri menjadi orang pertama, karena tujuan dari partai politik disana adalah orang pertama selama itu ada partai politik lain yang ingin menjadi orang pertama.
Berbeda dengan Wakil Bupati, H. Karna Sobahi, yang berasal dari orang independent atau tak memiliki unsur partai politik. Bisa saja perputaran strategi akan dilancarkan oleh dua partai politik tadi untuk menjadi orang kedua, karena selama itu bukan dari partai politik pastinya sistem pemerintahan tidak akan ditanggung oleh warna yang menaungi sang orang pertama. Wabup sendiri ingin menjadi orang pertama di majalengka dengan semua tujuannya pada kemajuan pendidikan, maklum saja karena dengan pengalamannya sebagai Kepala Dinas Pendidikan pemerintahan Hj. Tuti berhasil menjadikan Kab. Majalengka unggul dalam kawasan pendidikannya.
Namun bagaimanapun seorang independent akan sangat mudah untuk dipengaruhi oleh kepentingan-kepentingan partai politik, seperti kedua partai politik diatas yang mau mendampingi sosok independent tersebut.
Kita lihat saja apa yang akan terjadi dalam persaingan partai poitik versus independent pada episode pemilu mendatang.
0 Comments:
Post a Comment