Kekuasaan selalu menjadi hal yang sangat berharga bagi manusia yang ingin berpolitik, kebanyakan orang menganggap eksistensi dari sebuah keaktifan adalah menjadi penguasa. Tidak cukup dengan satu periode, tapi periode berikutnyapu harus tetap menjadi seorang pemimpin yang disebut penguasa. Ini terjadi pada beberapa daerah yang pemimpinnya ingin terus menjadi pemimpin, dengan alasan melanjutkan program kerja daerah tersebut sampai tuntas.
Diluar kepentingan masyarakat dan kesejahteraannya, para pemimpin ini justru kebeanyakan mementingkan kepentingannya sendiri dengan terus menjadi orang nomor satu didunianya. Walaupun ruang lingkupnya yang kecil, namun kepemimpinan disebuah daerah akan sangat menentukan pada kepentingan yang lebih besar artinya bagi orang-orang yang berada diranah lebih atas.
Komunikasi politik memang haruslah berlaku disini, komunikasi yang dapat membuat orang memiliki kekuasaan dengan dukungan yang meluap dari dukungan yang biasa. Komunikasi ini hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang tak kenal lelah membujuk pihak lain, bagaimanapun caranya terdapat suatu hal yang sangat luar biasa dari hasil komuniaksi politik ini. Sakit hati dan loyalitas dapat dipertaruhkan dalam sebuah rangkaian hisup sebagai politisi, mengapa harus ada dua sisi dalam hidup berpolitik?? Karena memang semua hal yang berhubungan dengan politik adalah nyata bentuknya dengan arti bertahan hidup atau mempertahankan hidup. Bertahan hidup artinya mempertahankan sebuah partai politik untuk tetap hidup dan tetap bersaing dengan partai-partai politk lainnya, sedangkan mempertahankan hidup adalah bertahan agar individu tidak menjadi orang yang terlihat mati karena tidak bisa bertahan hidup.
Politik memang amatlah dekat dengan sebuah persaingan, apalagi di zaman sekarang politik dijadikan sebagai alat adu ilmu strategi untuk mendapatkan sebuah kekuasaan dalam hal apapun. Orang yang menang akan lebih berkuasa dibandingkan dengan orang yang mengalami kekalahan, namun ironisnya seorang yang kalah dalam politik akan senantiasa menjadi orang yang ditakuti oleh yang menang. Bukan berarti akan menjatuhkan sebuah badan politik, tapi akan terus menjadi pesaing dengan jalan mengawali ancaman dari sebuah badan baru.
Hal ini banyak sekali terjadi dikalangan politisi atas, seperti contohnya disaat SBY menjadi pesaing Megawati pada pemilu 2004. Saat itu banyak sekali yang menganggap bahwa SBY telah dibuat sakit hati oleh Megawati sehingga efeknya membentuk masyarakat berfikir bahwa SBY adalah orang yang harus didukung, karena kekecewaan masyarakat terhadap kinerja pemerintahan Megawati saat itu. SBY menjadi trend baru dari sosok pemimpin indonesia dengan pola dia berbicara, sampai pada hasilnya pemerintahan SBY sangat intens dengan kasus-kasus korupsi yang ditemukannya. Alhasil, banyak masyarakat menganggap bahwa pemerintahan SBY lebih baik dari pemerintahan sebelumnya.
Dapat disimpulkan bahwa orang yang dapat menghancurkan sebuah kekuasaan adalah orang yang sakit hati, bahkan kalau dilihat dari efek sakit hati SBY hasilnya sangat menakjubkan sampai pada jabatan Presiden RI dalam dua periode ini. Seseorang yang menang memang menjadi unggulan, tapi dengan keunggulan itu bisa membuat celah orang yang kalah sangat mudah menbaca pergerakan sang pemenang.
Pada saat inipun bisa kita lihat dari sisi partai politik besar lainnya seperti GOLKAR. Dua orang yang amat berpengaruh di GOLKAR yaitu Abu Rizal Bakrie dan Surya Paloh, menjadi pesaing terkuat dalam bursa pemilihan calon ketua GOLKAR. Kedua menjadi orang yang sangat diunggulkan, bagaimana tidak dengan kapasistas kekayaan yang diatas rata-rata dan memiliki media sendiri akan sangat mudah untuk menaikan namanya masing-masing untuk bursa pencalonan tersebut.
Banyak yang mengira kalau keduanya akan berimbang, namun kenyataannya setiap persaingan selalu ada pemenang dan pecundang. Semua orang tahu bahwa Ichal (sebutan Abu Rizal) menjadi pemenang dalam persaingan tersebut, menyisikan kekuatan sebesar Surya Paloh. Tak ada yang mengira setelah persaingan tersebut akan terjadi dua kubu yang berbeda, disaat Surya Paloh lebih memilih untuk mundur dari Partai Politik yang telah membesarkan namanya dan memili untuk terjun diluar tanpa embel-embel kuning kebanggaan. Sosok sakit hati yang tak mau cepat dianggap mati, maka mempertahankan harga diri menjadi harga mati untuk tetap bertahan hidup didunia politik.
Mungkin kita pernah mendengar nama Nasional Demorat yang orang bilang sebagai OrMas, namun apa yang terjadi sekarang sangat berbeda karena Ormas yang sering orang sebut itu adalah kaderisasi dari sebuah Partai Politik baru yang akan senantiasa menjadi ancaman semua partai politik termasuk GOLKAR. Pergerakan yang dilakukan oleh Surya Paloh ini dianggap wajar, karena rasa kekecewaannya terhadap GOLKAR harus ia balas dengan menjadi pesaing kuat untuk GOLKAR diperiode selanjutnya. Nama Partai Nasional Demokrat memang belum terlihat gerak gerik dalam menatap pemilu 2014 mendatang, namun perlu diwaspadai kalau pendukungnya sangat banyak termasuk orang-orang yang iktu sakit hati dengan tersisihnya Surya Paloh dalam perebutan kursi pertama Partai GOLKAR tersebut.
Kita akan membuktikan sendiri pada pemilu mendatang siapa yang akan menjadi pemenang dari persaingan jilid 2 antara orang pertama GOLKAR dan orang yang tersisihkan dari GOLKAR. Mungkinkan prediksi yang sakit hati akan menjadi pemenang dan tersenyum nanti, ataukah orang yang menang tetap menjadi pemenang?? Hanya 2014 nanti yang akan jadi saksi pembuktian dua sosok kuat ini.
Walaupun tidak menutup kemungkinan penguasa sekarang akan memberikan kesempatan kader demokrat Anas Urbaningrum menjadi suksesor selanjutnya, namun melihat kekuatan Demokrat saat ini mungkin tidak akan memberi jaminan menjadi ancaman kuat bagi Ichal dan Surya Paloh. Kita lihat saja ketiga orang hebat ini beradu strategi dalam perebutan kursi pertama di Republik Indonesia.
0 Comments:
Post a Comment