Friday, 29 March 2013

Curhat part 7 (senandung angin di 11 September)

Angin berhembus dalam kosongnya pelukanku, malam ini tak ada kata-kata yang menari mengisi pikiranku yang hampa ini. Masih adakah hal yang paling indah itu, hal yang benar-benar membuat malamku selalu ramai dengan banyaknya kedamaian yang tak akan pernah lagi ku rasakan sekarang. Meski jauh sekali kenangan itu ku gapai lagi, bagai angin yang ku hirup sekali dalam hidupku membukitkan bahwa aku akan tetap hidup dalam satu kehidupan yang hana ada dalam satu hati. 
Seorang yang bisa buatku terus tak dapat tidur dimalam hari, seorang yang dapat membuatku menundukan kepalaku dihadapannya, seorang yang terus memberikan ku senyuman dari tempat jauh, seorang yang akan tetap aku perhatikan walau banyaknya halangan-halangan dari sebuah kata prinsip. Belum waktuk ini, waktuku untuk bahagia dalam akhir kesabaran menanti apa yang akan dihembuskan angin hidup. Penantian yang akan teramat panjang dalam hidup, penantian yang tak akan pernah habis dalam bayangan yang tak akan pernah ada dalam dunia nyata, penantian yang selalu ada dalam awal pagiku yang buruk. Tuhan itu satu, namun apa yang membuat semuanya berbeda sehingga semua itu tak akan dapat ku gapai lagi seperti dahulu. 
Ku tetap bercermin pada semua yang aku miliki, ku akan selalu bercermin pada apa yang selalu aku rasakan terhadap apa yang semua orang rasakan. Tetaplah mengerti dengan semua keadaan yang membuat ku tak percaya dengan kehidupan, tetaplah mengerti bahwa lautan tak akan pernah habis airnya bagai hati yang tak akan pernah habis dalam lapuknya penantian.

0 Comments:

Post a Comment